"Orang-orang yang luar biasa bertahan
dalam situasi yang sangat sulit, dan
mereka menjadi semakin luar biasa
karena itu" - Robertson Davies
Hidup ini terlalu berharga, jika Anda
hanya menjalani 'gaya hidup bertahan
saja' dalam jangka waktu lama.
Kadang-kadang kita memang mengalami
masa-masa sulit. Masalah datang silih
berganti. Ekonomi yang jatuh, bisnis
yang melambat, kesehatan yang
melemah, dan hubungan yang mungkin
mengalami masa-masa sulit.
Buatlah keputusan, bahwa apa pun yang
menimpa Anda, betapapun sukarnya,
betapa pun tidak adilnya, Anda akan
melakukan lebih banyak lagi dari
sekedar hanya bertahan hidup. Anda
akan berkembang pesat walaupun semua
itu terjadi.
Ibarat sebuah musim kemarau yang
berganti dengan musim hujan. Tuhan
pun telah menyiapkan sebuah musim
baru untuk Anda. Tuhan memiliki
hal-hal luar biasa untuk Anda di masa
depan. Tuhan memiliki pintu-pintu
baru yang ingin Anda membukanya. Ia
menginginkan kehidupan Anda lebih
baik daripada sebelumnya.
Kartini, mentalitas bertahan hidup hanya
akan menghalangi Anda mencapai hal
terbaik dari Tuhan.
Jika harapan Anda selalu kurang, Anda
pun akan mendapatkan yang kurang.
Tetapi jika Anda berharap berkah yang
lebih besar lagi, Tuhan akan
meningkatkan hidup Anda dengan cara
yang lebih hebat lagi.
Apa yang terjadi pada kita, seburuk
apapun itu, tidak akan menghalangi
kekuasaan-Nya. Tetapi terkadang
pikiran kitalah yang justru
menghalangi kekuasaan Tuhan pada
kita. Tetaplah beriman,
yakinlah Anda akan mendapatkan
kemurahan Tuhan yang tak terduga!
Selasa, 30 Desember 2014
JOURNAL OF HUMAN RESOURCES " The Relation Between Job Satisfaction and The Employees Work Productivity"
Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan
(The Relation Between Job Satisfaction and The Employees Work Productivity)
Abstract
This research was aimed to know the relation between job satisfaction, reward, and year of service with the work productivity. Hypothesis raised shall be as follows : There is a relation between job satisfaction, reward, and year of service with the work productivity. Research’s instruments used is job satisfaction questionnaire. This research uses the technique of purposive random sampling in election of subject research. The subject of this research is 82 employees of PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. The data were analyzed using regression analysis. The result of data analysis show : There is a relation between job satisfaction with the work productivity. The increase of job satisfaction followed by the increase of work productivity (r = 0,252; p = 0,011.)
Keywords : Job satisfaction, work productivity, performance
(The Relation Between Job Satisfaction and The Employees Work Productivity)
Abstract
This research was aimed to know the relation between job satisfaction, reward, and year of service with the work productivity. Hypothesis raised shall be as follows : There is a relation between job satisfaction, reward, and year of service with the work productivity. Research’s instruments used is job satisfaction questionnaire. This research uses the technique of purposive random sampling in election of subject research. The subject of this research is 82 employees of PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. The data were analyzed using regression analysis. The result of data analysis show : There is a relation between job satisfaction with the work productivity. The increase of job satisfaction followed by the increase of work productivity (r = 0,252; p = 0,011.)
Keywords : Job satisfaction, work productivity, performance
Pendahuluan
Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan adanya garis ketersinggungan atau interaksi antar individu itu sendiri, pada organisasi maupun pada teknologinya. Hal ini mengakibatkan kehidupan dinamik dalam suatu organisasi akan menjadi suatu dinamika itu sendiri.
Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam mengasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja dari karyawan ini merupakan kinerja dari karyawan. Sering terjadi produktivitas kerja karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim dan juga ketidak puasan dalam bekerja. PT. Pusri dalam meningkatkan produtivitas kerja karyawan juga mengalami kendala-kendala. Ini ditunjukkan dengan adanya permasalahan yang terjadi dilingkungan PT. Pupuk Sriwidjaja. Penurunan produktivitas kerja masih sering terjadi. Permasalahan tentang produktivitas kerja ini merupakan permasalahan umum yang terjadi pada setiap perusahaan. Kadang produktivitas kerja seorang karyawan cenderung menurun dan pengaruhnya adalah merosotnya suatu perusahaan. Bila tidak diatasi dengan baik maka perusahaan tersebut akan cenderung mengalami penurunan yang signifikan. Pada penelitian ini yang dimaksud mengenai produktivitas kerja adalah kinerja karyawan atau performance yang merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Data tentang produktivitas kerja ini berupa performance appraisal, yaitu penilaian kerja. Hal ini dikarenakan penilaian kerja merupakan faktor evaluasi bagi pihak perusahaan terhadap kerja karyawan dan juga evaluasi bagi karyawan sendiri sebagai perwujudan untuk peningkatan produktivitas kerja.
Permasalahan-permasalahan yang timbul mengenai produktivitas kerja ini merupakan suatu indikasi bahwa peranan manajemen sebagai pengelolaan sumberdaya manusia diperlukan. Hal ini merupakan suatu cara meningkatkan suatu produktivitas kerja karyawan. Kadang kemajuan dari suatu organisasi tidak diimbangi oleh sumber daya yang baik pula. Hal ini mengakibatkan tidak akuratnya antara keinginan dengan realita yang ada. Produktivitas kerja ini dapat menurun kemungkinan adanya persaingan yang tidak sehat, kecemburuan sosial antara para anggotanya. Kurangnya pemahaman dalam berpola pikir akan mengakibatkan kemerosotan kemajuan dari pada peningkatan organisasi. Ini menjadi polemik dalam organisasi tersebut. Data dari Depnaker (1993), sekitar 80 % kasus terjadinya pemogokan pekerja hanya karena ulah pengusaha. Pengusaha hanya melihat produktivitas para pekerjanya, sedangkan faktor mendasar dalam menunjang produktivitas kerja adalah seperti upah, kondisi kerja serta untuk memenuhi jumlah dan mutu yang memadai, tidak diperhatikan. Perusahaan PT. Pupuk Sriwidjaja yang notabanenya adalah perusahaan BUMN yang mempunyai sekitar 3.492 karyawannya juga tidak luput dari permasalahan dengan produktivitas kerja karyawan. Pada kasus ini bahwa produktivitas kerja dalam hal ini penilaian kerja menjadi faktor evaluasi bagi perusahaan dan karyawan sendiri sering terjadi ketidaksesuaian dikarenakan pihak yang memberikan penilaian, memberikan penilaian kerja tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hal ini akan mempengaruhi dari kerja karyawan. Penilaian yang bersifat subjektif akan berdampak pada ketidak sesuaian antara keinginan pihak perusahaan untuk selalu memperbaiki sistem dan pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik, menciptakan sumber daya manusia yang potensial apa yang sebagai nilai dan tujuan dari perusahaan dalam menciptakan produktivitas kerja karyawannya sehingga nantinya akan meningkatkan mutu perusahaan BUMN tersebut. Kendala seperti hal di atas sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa proses evalusasi mengenai kerja karyawan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak perusahaan. Bila penilaian kerja ini kurang akurat akan mengakibatkan pihak manajemen perusahaan tidak bisa mengontrol pengelolaan sumber daya manusianya. Hal ini akan berdampak pada pola kinerja karyawan. Penilaian kerja yang kadang bersifat subjektif dan terlalu tinggi membuat karyawan kadang kala merasa puas dan cenderung nantinya penurunan pada produktivitas kerjanya. Kondisi seperti yang telah diungkapkan di atas menunjukkan bahwa faktor manusia sangat berperan aktif dalam peningkatan dari mutu perusahaan tersebut. Hal ini terkait juga dengan teknologi yang ada. Banyak kasus menunjukkan bahwa teknologi sudah maju namun ketersediaaan sumber daya manusianya sangat minim. Ini dikarenakan ketidaksiapan bagi organisasi tersebut untuk melaksanakan kemajuan yang optimal. Hal ini didukung oleh Gomez (1997) bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan bagi keberhasilan organisasi. Sehubungan dengan hal di atas, munculah fenomena yang merugikan dan dapat menghancurkan tujuan organisasi perusahaan, diantaranya adalah kepuasan kerja, kelambanan kerja, kebosanan kerja, penurunan efisiensi kerja, senioritas, kecemburuan sosial, penurunan semangat kerja dan penurunan produktivitas kerja. Kenyataannya sekarang ini banyak para pekerja atau karyawan yang masuk terlambat, bermalas-malasan, dan sebagainya sehingga bukannya menunjang kemajuan dan pengembangan tetapi akan menghambat kemajuan dan pengembangan dari perusahaan itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut di atas Tanaja dan Srimulyani (1995), bahwa diantara sumber daya, manusia merupakan harta kekayaan yang terpenting dan mempunyai kontribusi paling besar bagi keberhasilan suatu organisasi. Produktivitas kerja yang merupakan kinerja karyawan sebagai perwujudannya adalah performance appraisal atau penilain kerja, sering mengalami kendala. Kendala ini berupa penilian kerja yang tidak sesuai dengan kinerja karyawan. Atasan kadang memberikan penilaian kerja yang sering mengikuti unsur subjektifitas. Sehingga penilian kerja tinggi, namun kinerja dalam keseharian kerjanya cenderung rendah. Hal ini nantinya akan berdampak pada pengelolaan sumber daya manusia yaitu karyawan diperusahaan tersebut. Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja karyawan yang nantinya berdampak pada produktivitas kerja.
Tinjauan Pustaka
Produktivitas kerja menurut Cascio (1998) adalah produktivitas sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Sejalan dengan pandangan di atas, Sedarmayanti (2001) menyebutkan produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan produktivitas kerja adalah performance appraisal atau penilaian kinerja yang merupakan suatu penggambaran sistematis tentang individu atau kelompok yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dalam suatu pekerjaan sebagai bentuk evaluasi bagi indiviu yang berkaitan dengan pelaksanaan organisasinya (Cascio, 1998). Kepuasan kerja ini merupakan sikap umum individu yang bersifat individual tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 1998). Sejalan dengan pandangan Robbins, Luthans (1995) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting. Kepuasan kerja itu dianggap sebagai hasil dari pengalaman karyawan dalam hubungannya dengan nilai sendiri seperti apa yang dikehendaki dan diharapkan dari pekerjaannya. Pandangan tersebut dapat disederhanakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap dari individu dan merupakan umpan balik terhadap pekerjaannya.
Menurut Smith, Kendall dan Hulin (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
a. Pekerjaan, sampai sejauhmana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
b. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.
c. Penyelia atau pengawasan kerja yaitu kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
d. Kesempatan promosi yaitu keadaan kesempatan untuk maju.
e. Rekan kerja yaitu sejauhmana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.
Sebagai motor penggerak daripada produktivitas ini adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia sebagai agent of change dalam proses perkembangan memerlukan suatu keterampilan dan pengetahuan sebagai pengembangan untuk menuju produktivitas yang tinggi. Karyawan yang merupakan bagian dari organisasi atau perusahaan perlu ditingkatkan produktivitasnya sebagai feed back dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat daripada karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan tersebut. Kepuasan kerja bagi seorang karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya meningkatkan produktivitas bagi perusahaan tersebut. Individu sebagai karyawan memerlukan perhatian yang baik dalam kerjanya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Ada hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja pada karyawan PT. Pupuk Sriwijaya“.
Metode Penelitian
Variabel-Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari dua variabel. Variabel pertama adalah variabel bebas (independent variabele), yaitu kepuasan Kerja. Variabel kedua adalah variabel tergantung (dependent variable), yaitu: produktivitas kerja.
Subjek
Subjek penelitian adalah karyawan PT. Pusri Palembang. Pada penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah purposive random sampling. Subjek penelitian ini adalah Karyawan Departemen Jasa-Jasa Teknik (JJT), Perkapalan dan Pengantongan (Paltong), dan Rancang Bangun dan Perencanaan (RBP) PT. Pupuk Sriwijaya Palembang. Subjek penelitian adalah karyawan Level Staff Pelaksana (Muda, Madya, Senior). Telah menempuh pendidikan formal minimal SLTA atau yang sederajat, dan telah masuk kedalam karyawan tetap minimal 1 tahun.
Alat Ukur Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yakni metode data atau catatan yang telah ada, dan metode angket. Metode data digunakan untuk mengumpulkan data produktivitas kerja karyawan. Pengukuran produktivitas kerja para karyawan dilihat berdasarkan dokumen atau catatan yang ada pada perusahaan. Pada penelitian ini pengukuran produktivitas kerja pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja adalah penilaian persemester. Sistem penilaian prestasi kerjanya adalah dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. Penilaian atau pengukuran produktivitas karyawan adalah kinerja karyawan selama satu semester adalah enam bulan yang sudah distandarisasi oleh PT. Pusri. Data penilaian kerja yang diambil adalah satu tahun yaitu dua semester. Metode angket digunakan untuk mendapatkan data mengenai kepuasan kerja. Angket kepuasan kerja digunakan untuk mengukur kepuasan kerja. Angket ini menggunakan skala pengukuran index uraian pekerjaan (Job Description Index atau disingkat JDI) dari Smith (1987) yang telah diterjemahkan dan disesuaikan. Skala ini sering dipergunakan serta disajikan serangkaian aitem atau pernyataan yang diasumsikan berhubungan dengan kepuasan kerja yang diberikan pada subjek dan diminta subjek mengisi sesuai dengan apa yang dirasakannya. Adapun karakteristik dalam JDI adalah pekerjaan itu sendiri, kesempatan promosi, gaji, penyelia, dan rekan kerja. Bentuk angket berupa lima tipe pilihan jawaban yaitu STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), N (netral), S (setuju), dan SS (sangat setuju) dengan metode dari Likert. Penelitian bergerak dari lima sampai satu. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Teknik analisi regresi ini digunakan untuk melihat seberapa besar korelasi antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tergantung. Teknik analisis ini tergolong dalam kategori model kolektif sehingga akan diperoleh koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel tergantung, taraf signifikan koefisien, persamaan garis regresi, korelasi antara sesama sub variabel prediktor dan sumbangan efektif (Hadi, 1994). Analisis yang digunakan adalah program SPSS 12.0 For Windows dari MS Windows XP.
Hasil
Hasil uji terhadap hipotesis pertama yang mengatakan “ada hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja”, menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,252 dengan nilai p = 0,011. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang petama teruji kebenarannya. Kemudian pengujian hubungan aspek-aspek kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Kepuasan kerja mempunyai 5 aspek, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji atau upah, pengawasan kerja, promosi kerja, dan rekan kerja. Berdasarkan kelima aspek tersebut yang tidak signifikan adalah aspek rekan kerja. Kemudian pengujian hubungan aspek-aspek kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Kepuasan kerja mempunyai 5 aspek, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji atau upah, pengawasan kerja, promosi kerja, dan rekan kerja.
Berdasarkan kelima aspek tersebut akan diketahui masing-masing hubungan tiap komponen dengan produktivitas kerja. 1) Hubungan antara aspek pekerjaan itu sendiri dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek pekerjaan itu sendiri berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,220 dan p = 0,023 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek pekerjaan sendiri dengan produktivitas kerja. 2) Hubungan antara gaji atau upah dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek gaji atau upah berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,245 dan p = 0,013 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek gaji atau upah dengan produktivitas kerja. 3) Hubungan antara pengawasan kerja dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek pengawasan kerja berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,194 dan p = 0,041 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek pengawasan kerja dengan produktivitas kerja. 4) Hubungan antara promosi kerja dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek promosi kerja berkorelasi secara signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,186 dan p = 0,047 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aspek promosi kerja dengan produktivitas kerja. 5) Hubungan antara rekan kerja dengan produktivitas kerja. Berdasarkan hasil uji analisis regresi diketahui bahwa aspek rekan kerja berkorelasi secara tidak signifikan dengan produktivitas kerja. Koefisien korelasi sebesar r = 0,179 dan p = 0,054 (p<0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan antara rekan kerja dengan produktivitas kerja.
Pembahasan
Terhadap hasil uji terhadap hipotesis, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja (r = 0,252; p = 0,011), maka kepuasan kerja dapat dianggap sebagai faktor penentu bagi seorang karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting, sehingga karyawan yang mendapatkan kerja mempunyai catatan kehadiran yang baik yang nantinya akan berprestasi kerja lebih baik serta dapat mengahasilkan produksi yang lebih tinggi dari pada karyawan yang tidak mempunyai kepuasan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, PT Pusri dalam hal ini telah melakukan sosialisasi kepada karyawan tentang permasalahan-permasalahan yang timbul. Ini dibuktikan dengan adanya diadakannya forum kerjasama dari pihak manajemen dengan ikatan karyawan atau buruh yang ada di PT. Pusri. Terjadinya komunikasi antar karyawan dengan pihak manajemen akan berdampak pada kemajuan dan peningkatan dari karyawan itu sendiri maupun pada perusahaan pada umumnya. Mencari solusi bagi kepentingan bersama sudah ditunjukkan dengan adanya perhatian terhadap permasalahan- permasalahan dari karyawan. Pada dasarnya pandangan dan sikap karywan PT. Pusri, sabagai tata nilai yang harus diusahakan agara dapat menjadi budaya perusahaan. Hal ini mengingat bahwa, apabila budaya perusahaan dimanajemeni dengan baik diharapkan dapat berperan sebagai (PT. Pusri, 2001): 1) pedoman yang baku bagi sikap dan perilaku setiap karyawan dalam
Vol. 1 No. 1, Desember 2004
Kepuasan Kerja, Imbalan, Masa Kerja, dan Produktivitas Kerja Karyawan 58
bekerja; 2) pengikat keutuhan organisasi, 3) kebanggaan karyawan, dan 4) kesimbangan jiwa perusahaan dalam alih teknologi. Berdasarkan hal tersebut di atas PT. Pusri seharusnya memberikan fasilitator sebagai ajang komunikasi antar karyawan sehingga permasalahan- permasalahan antar karyawan maupun karywan dengan pihak atasan menjadi baik, sehingga tidak terjadinya gap dan kecemburuan sosial terhadap rekan kerja. Hal ini nantinya berdampak yang negatif terhadap kelangsungan dari PT. Pusri itu sendiri. Keharmonisan antar karyawan perlu dijaga dengan baik supaya dalam bekerja pun karyawan merasa senang dan produktif, sehingga nantinya berdampak pada peningkatan produktivitas kerja karyawan tersebut. Kekompakan antar karyawan perlu dilestarikan sebagai pedoman kebersamaan, supaya mereka merasa sama-sama memiliki dan saling membutuhkan antar satu dengan yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Hadipranata (1997), bahwa seseorang tidak mungkin secara mutlak berdiri sendiri tanpa orang lain, sesuai kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial, atau sosok mandiri tetapi perlu manunggal bersatu kompak dengan orang lain. Sebagai sumber daya insani, maka perlu bersatu kompak untuk bersama-sama mewujudkan kinerja yang baik. PT. Pusri dalam mengembangkan karyawannya dan sejalan dengan visi PT. Pusri yaitu “ Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasa-jasa teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasan pelanggan” tetap berusaha semaksimal mungkin memberikan perasaan senang dan berupaya agar karyawan tetap berada diperusahaan. PT. Pusri dalam hal ini berusaha memberikan yang terbaik bagi anggota organisasi yang terbaik. Searah perjalanannya karyawan yang merupakan bagian dari organisasi atau perusahaan perlu ditingkatkan produktivitasnya. Timbal balik dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat daripada karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan. Kepuasan kerja bagi seorang karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. Begitupun juga memberikan imbalan kerja, membuat sistem imbalan yang sesuai dengan kerja dan prestasi kerjanya. Hal ini dengan diberikannya tunjangan-tunjangan yang relatif tinggi bagi karyawannya. Seperti tunjangan bagi para karyawan yang bekerja dipabrik bagian produksi, misalnya tunjangan kesehatan dan keamanan dalam bekerja. Hal ini dirasakan karyawan cukup memberikan semangat dalam bekerja dan sebagai motivasi untuk lebih giat bekerja. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian, yaitu: Ada hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang diterima karyawan, semakin tinggi pula produktivitas kerjanya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat diajukaan adalah sebagai berikut.
1) Bagi perusahaan.
a. Berdasarkan temuan dalam penelitian menujukkan kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap produktivitas kerja. Oleh sebab itu pihak perusahaan perlu meningkatkan manajemen yang baik dengan yang senantiasa memberikan kepuasan pada karyawan dengan memberikan kenyaman dalam bekerja, memberikan motivasi sebagai umpan balik yang baik kepada karyawan, sehingga karyawan merasa senang berkerja dan merasa memiliki pekerjaan sebagai upaya peningkatan produktivitas kerjanya.
b. Peningkatan hubungan antar karyawan perlu dilakukan dengan tetap menjaga hubungan yang baik antar karyawan yang diupayakan dari pihak perusahaan dalam memberikan nuansa keharmonisan dalam perusahaan sehingga antar karyawan merasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. 2) Bagi peneliti selanjutnya.
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah produktivtas kerja, seperti sistem penilaian kinerja. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini data produktivitas kerja hanya berdasarkan pada penilaian kerjanya saja. Diharapkan pada penelitian salanjutnya dapat membuat alat ukur sendiri mengenai produktivitas kerja.
b. Perlu juga diteliti faktor kepuasan kerja secara intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini kepuasan kerja dan imbalan kerja yang dimaksud berdiri sendiri, sehingga perlu peneliti selanjutnya memasukkan imbalan kerja ini dalam kepuasan kerja ekstrinsik.
Daftar Pustaka
Bernadin, H.J, 7 Russel, J.E.A. 1993. Human Resource Management, An Experimental Approach. International Edition. New York : McGraw Hill Book Company, Inc.
Cascio, W.F. 1995. Managing Human Resource. International Edition. McGraw Hall Inc. Cascio, W.F. 1998. Applied Psychology in Personel Management. Third edition. New Jersey : Prestice Hill, Inc.
Vol. 1 No. 1, Desember 2004
Kepuasan Kerja, Imbalan, Masa Kerja, dan Produktivitas Kerja Karyawan 60
Hadipranata, A.F. 1996. Produktivitas Insani (human Productivity). Buletin Psikologi IV. No. 2. Yogyakarta : Edisis Khusus Ulang Tahun XXXII.
Hadipranata, A.F. 1997. Pengaruh Manajemen Interpersonal Kelompok Efektif Objektif (MIKEO) Terhadap Produktivitas Karyawan Perusahaan Jawa Timur. Journal Psikologika, 1. 13-20
Judge, T.A, Welbourne, T.M. 1994. A Confirmatory Investigation Of 2 Mensionality Of Pay Satisfaction Quistionnaire. Journal Of Applied Psychology. 71 (3) : 457-467.
Luthans, F. 1995. Organizational Behavior. Edisi Ke 7. Singapore : McGraw Hill Book Co.
Myers, D.G. 1983. Social Psychology. Tokyo : MCGraw Hill International Book Company.
PT. Pupuk Sriwidjaja, 2001. A Journey to The 21ST Century 1959-1999. PT. Cipta Visi Mandiri.
PT. Pupuk Sriwidjaja, 2004. www.pusri.co.id.
Robbins, S, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 1. Jakarta : Prenhallindo.
Robbins, S, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju
Sinungan, M. 2003. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
Schmidt, F.L, Hunter, J.E, Outerbridge, A.N. 1986. Impact of Job Experience an Ability on Job Knowledge, Work Sample Performance, and Supervisory Rating of Job Performance. Journal of Applied Psychology. 71, 432- 439.
Pembahasan
Terhadap hasil uji terhadap hipotesis, menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas pada karyawan PT. Pupuk Sriwidjaja (r = 0,252; p = 0,011), maka kepuasan kerja dapat dianggap sebagai faktor penentu bagi seorang karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti bahwa apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting, sehingga karyawan yang mendapatkan kerja mempunyai catatan kehadiran yang baik yang nantinya akan berprestasi kerja lebih baik serta dapat mengahasilkan produksi yang lebih tinggi dari pada karyawan yang tidak mempunyai kepuasan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, PT Pusri dalam hal ini telah melakukan sosialisasi kepada karyawan tentang permasalahan-permasalahan yang timbul. Ini dibuktikan dengan adanya diadakannya forum kerjasama dari pihak manajemen dengan ikatan karyawan atau buruh yang ada di PT. Pusri. Terjadinya komunikasi antar karyawan dengan pihak manajemen akan berdampak pada kemajuan dan peningkatan dari karyawan itu sendiri maupun pada perusahaan pada umumnya. Mencari solusi bagi kepentingan bersama sudah ditunjukkan dengan adanya perhatian terhadap permasalahan- permasalahan dari karyawan. Pada dasarnya pandangan dan sikap karywan PT. Pusri, sabagai tata nilai yang harus diusahakan agara dapat menjadi budaya perusahaan. Hal ini mengingat bahwa, apabila budaya perusahaan dimanajemeni dengan baik diharapkan dapat berperan sebagai (PT. Pusri, 2001): 1) pedoman yang baku bagi sikap dan perilaku setiap karyawan dalam
Vol. 1 No. 1, Desember 2004
Kepuasan Kerja, Imbalan, Masa Kerja, dan Produktivitas Kerja Karyawan 58
bekerja; 2) pengikat keutuhan organisasi, 3) kebanggaan karyawan, dan 4) kesimbangan jiwa perusahaan dalam alih teknologi. Berdasarkan hal tersebut di atas PT. Pusri seharusnya memberikan fasilitator sebagai ajang komunikasi antar karyawan sehingga permasalahan- permasalahan antar karyawan maupun karywan dengan pihak atasan menjadi baik, sehingga tidak terjadinya gap dan kecemburuan sosial terhadap rekan kerja. Hal ini nantinya berdampak yang negatif terhadap kelangsungan dari PT. Pusri itu sendiri. Keharmonisan antar karyawan perlu dijaga dengan baik supaya dalam bekerja pun karyawan merasa senang dan produktif, sehingga nantinya berdampak pada peningkatan produktivitas kerja karyawan tersebut. Kekompakan antar karyawan perlu dilestarikan sebagai pedoman kebersamaan, supaya mereka merasa sama-sama memiliki dan saling membutuhkan antar satu dengan yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Hadipranata (1997), bahwa seseorang tidak mungkin secara mutlak berdiri sendiri tanpa orang lain, sesuai kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial, atau sosok mandiri tetapi perlu manunggal bersatu kompak dengan orang lain. Sebagai sumber daya insani, maka perlu bersatu kompak untuk bersama-sama mewujudkan kinerja yang baik. PT. Pusri dalam mengembangkan karyawannya dan sejalan dengan visi PT. Pusri yaitu “ Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasa-jasa teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasan pelanggan” tetap berusaha semaksimal mungkin memberikan perasaan senang dan berupaya agar karyawan tetap berada diperusahaan. PT. Pusri dalam hal ini berusaha memberikan yang terbaik bagi anggota organisasi yang terbaik. Searah perjalanannya karyawan yang merupakan bagian dari organisasi atau perusahaan perlu ditingkatkan produktivitasnya. Timbal balik dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat daripada karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan. Kepuasan kerja bagi seorang karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut. Begitupun juga memberikan imbalan kerja, membuat sistem imbalan yang sesuai dengan kerja dan prestasi kerjanya. Hal ini dengan diberikannya tunjangan-tunjangan yang relatif tinggi bagi karyawannya. Seperti tunjangan bagi para karyawan yang bekerja dipabrik bagian produksi, misalnya tunjangan kesehatan dan keamanan dalam bekerja. Hal ini dirasakan karyawan cukup memberikan semangat dalam bekerja dan sebagai motivasi untuk lebih giat bekerja. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian, yaitu: Ada hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang diterima karyawan, semakin tinggi pula produktivitas kerjanya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat diajukaan adalah sebagai berikut.
1) Bagi perusahaan.
a. Berdasarkan temuan dalam penelitian menujukkan kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap produktivitas kerja. Oleh sebab itu pihak perusahaan perlu meningkatkan manajemen yang baik dengan yang senantiasa memberikan kepuasan pada karyawan dengan memberikan kenyaman dalam bekerja, memberikan motivasi sebagai umpan balik yang baik kepada karyawan, sehingga karyawan merasa senang berkerja dan merasa memiliki pekerjaan sebagai upaya peningkatan produktivitas kerjanya.
b. Peningkatan hubungan antar karyawan perlu dilakukan dengan tetap menjaga hubungan yang baik antar karyawan yang diupayakan dari pihak perusahaan dalam memberikan nuansa keharmonisan dalam perusahaan sehingga antar karyawan merasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. 2) Bagi peneliti selanjutnya.
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan masalah produktivtas kerja, seperti sistem penilaian kinerja. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini data produktivitas kerja hanya berdasarkan pada penilaian kerjanya saja. Diharapkan pada penelitian salanjutnya dapat membuat alat ukur sendiri mengenai produktivitas kerja.
b. Perlu juga diteliti faktor kepuasan kerja secara intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini kepuasan kerja dan imbalan kerja yang dimaksud berdiri sendiri, sehingga perlu peneliti selanjutnya memasukkan imbalan kerja ini dalam kepuasan kerja ekstrinsik.
Daftar Pustaka
Bernadin, H.J, 7 Russel, J.E.A. 1993. Human Resource Management, An Experimental Approach. International Edition. New York : McGraw Hill Book Company, Inc.
Cascio, W.F. 1995. Managing Human Resource. International Edition. McGraw Hall Inc. Cascio, W.F. 1998. Applied Psychology in Personel Management. Third edition. New Jersey : Prestice Hill, Inc.
Vol. 1 No. 1, Desember 2004
Kepuasan Kerja, Imbalan, Masa Kerja, dan Produktivitas Kerja Karyawan 60
Hadipranata, A.F. 1996. Produktivitas Insani (human Productivity). Buletin Psikologi IV. No. 2. Yogyakarta : Edisis Khusus Ulang Tahun XXXII.
Hadipranata, A.F. 1997. Pengaruh Manajemen Interpersonal Kelompok Efektif Objektif (MIKEO) Terhadap Produktivitas Karyawan Perusahaan Jawa Timur. Journal Psikologika, 1. 13-20
Judge, T.A, Welbourne, T.M. 1994. A Confirmatory Investigation Of 2 Mensionality Of Pay Satisfaction Quistionnaire. Journal Of Applied Psychology. 71 (3) : 457-467.
Luthans, F. 1995. Organizational Behavior. Edisi Ke 7. Singapore : McGraw Hill Book Co.
Myers, D.G. 1983. Social Psychology. Tokyo : MCGraw Hill International Book Company.
PT. Pupuk Sriwidjaja, 2001. A Journey to The 21ST Century 1959-1999. PT. Cipta Visi Mandiri.
PT. Pupuk Sriwidjaja, 2004. www.pusri.co.id.
Robbins, S, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 1. Jakarta : Prenhallindo.
Robbins, S, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung : Mandar Maju
Sinungan, M. 2003. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
Schmidt, F.L, Hunter, J.E, Outerbridge, A.N. 1986. Impact of Job Experience an Ability on Job Knowledge, Work Sample Performance, and Supervisory Rating of Job Performance. Journal of Applied Psychology. 71, 432- 439.
Minggu, 28 Desember 2014
MAKALAH MANAJEMEN SDM "ANALISIS PEKERJAAN DAN PERENCANAAN SRATEJIK"
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan sekelompok orang yang
tergabung dalam suatu wadah untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Siagian
(2008:3) organisasi adalah setiap bentuk-bentuk persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerjasama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu
tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seorang/beberapa orang
yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.
Dari pengertian tersebut terdapat beberapa hal yaitu: adanya persekutuan, ada
atasan dan bawahan (pembagian kerja), dana adanya kerjasama (system).
Pencapaian tujuan organisasi memerlukan
beberapa sumber daya yang saling bekerjasama. Sumber daya yang diperlukan
yaitu: manusia, keuangan, informasi, dan sarana prasarana. Setiap sumberdaya
mempunyai tugas, fungsi dan perannya masing-masing. Sumber daya tersebut saling
berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Tantangan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan dalam era
penuh persaingan adalah bagaimana organisasi mampu serta memiliki orang-orang
yang memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni.
Sumber daya manusia memegang peranan penting
dalam pelaksanaan organisasi, tanpa adanya manusia maka mesin tidak akan
berjalan. Karena, mesin-mesin yang tercanggih mun tidak akan dapat berjalan
menghasilkan kualitas dan kuatitas yang maksimal jika tidak ada dukungan
manusia. Begitu pula dengan keuangan dan informasi jika tidak ada yang menjalankannya
maka tidak akan bermanfaat.
Sumber daya manusia menjadi poin penting dalam
organisasi yang ingin berkembang. Untuk menempati suatu posisi pekerjaan dalam
suatu organisasi dibutuhkan kualifikasi serta kompetensi yang jelas, tanpa
adanya kompetensi dan kualifikasi mengenai suatu pekerjaan maka sesungguhnya
pekerjaan tersebut tidak akan bisa dikerjakan secara maksimal. Agar mendapatkan
orang-orang yang memiliki serta kompetensi dibutuhkan analisis yang jelas dan
terukur, artinya bagaimana menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat.
Analisis pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji,
mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu
pekerjaan secara sistematis dan sistemik (Sastrohadiwiryo, 2002:127).
Dengan adanya analisis yang jelas mengenai suatu pekerjaan, diharapkan akan
didapat orang-orang yang memiliki potensi serta kompetensi yang jelas dan
diharapkan akan mengisi suatu posisi
pekerjaan tertentu. Dengan adanya kegiatan analisis pekerjaan diharapkan
mendapatkan suatu gambaran yang jelas mengenai spesifikasi yang jelas mengenai
kompetensi yang harus dibutuhkan oleh seseorang untuk mengisi posisi pekerjan
tertentu.
Analisis pekerjaan memiliki peranan penting bagi suatu organisasi, melalui
analisis pekerjaan akan didapatkan orang yang tepat untuk mengisi pekerjaan
tertentu sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat dikerjakan secara maksimal dan
optimal. Hasil
dari analisis pekerjaan tersebut adalah informasi, dimana informasi tersebut
digunakan untuk menentukan spesifikasi apa yang harus dimiliki oleh seseorang
untuk mengisi posisi pekerjaan tertentu.
Akan tetapi sangat disayangkan, hasil dari kegiatan analisis pekerjaan yang
dilakukan seringkali tidak digunakan atau dimanfaatkan dengan baik oleh organisasi,
terkadang untuk mengisi posisi pekerjaan tertentu tidak dibutuhkan kualifikasi
serta kompetensi yang jelas, ini dikarenakan karena adanya faktor-faktor
seperti faktor kedekatan pribadi ataupun faktor pemberian sejumlah dana agar
seseorang bisa menempati suatu posisi pekerjaan tertentu.
Analisis pekerjaan memberikan gambaran yang jelas kepada organisasi
mengenai bagaimana suatu pekerjaan ditempati oleh seseorang, karena
bagaimanapun juga dibutuhkan kompetensi serta kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan
yang menuntut keterampilan serta kompetensi tertentu sehingga tidak semua orang
bisa menduduki posisi pekerjaan tertentu, oleh karena itu analisis pekerjaan
tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
lainnya karena berhungungan satu dengan yang lainnya sebagai mata rantai
kegiatan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis pekerjaan ?
2. Apa tujuan anlisis
pekerjaan ?
3. Apa alasan melaksanakan
analisis pekerjaan ?
4. Apa teknik/metode
dalam mengumpulkan informasi analisis pekerjaan ?
5. Apa pengertian perencanaan
stratejik ?
6. Bagaimana proses perencanaan stratejik ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian analisis pekerjaan.
2. Mengetahui tujuan anlisis
pekerjaan.
3. Mengetahui alasan
melaksanakan analisis pekerjaan.
4. Mengetahui teknik/metode
dalam mengumpulkan informasi analisis pekerjaan.
5. Mengetahui pengertian
perencanaan stratejik.
6. Bagaimana proses perencanaan stratejik.
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS PEKERJAAN DAN PERENCANAAN STRATEJIK
A. Pengertian Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan terdiri atas dua kata,
analisis dan pekerjaan. Analisis merupakan aktivitas berpikir untuk menjabarkan
pokok persoalan menjadi bagian, komponen, atau unsur, serta kemungkinan
keterkaitan fungsinya. Sedangkan pekerjaan adalah sekumpulan/sekelompok tugas
dan tanggung jawab yang akan, sedang dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja
dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian
analisis pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji,
mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu
pekerjaan secara sistematis dan sistemik (Sastrohadiwiryo,
2002:127).
Siagian
(2008:75) mengatakan bahwa analisis pekerjaan adalah usaha sadar yang
sistematik dalam mengumpulkan, menilai dan mengorganisasikan semua jenis
pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi. Dari pengertian tersebut maka
dalam suatu organisasi diperlukan analisis pekerjaan yang mempunyai peran dan
tugas melakukan penganalisisan terhadap semua pekerjaan yang ada.
Menurut Dessler (2006)
analisis pekerjaan merupakan prosedur yang dilalui untuk menentukan tanggung
jawab posisi-posisi yang harus dibuatkan stafnya , dan karakteristik
orang-orang yang bekerja untuk posisi-posisi tersebut. Analisis
pekerjaan memberikan informasi yang digunakan untuk membuat deskripsi pekerjaan
(daftar tentang pekerjaan tersebut), dan spesifikasi pekerjaan (jenis orang
yang harus dipekerjakan untuk pekerjaan tersebut). Oleh sebab itu,
menurut Dessler penyelia atau spesialis dalam sumber daya manusia biasanya
mengumpulkan beberapa informasi berikut melalui analisis pekerjaan, (1)
aktivitas pekerjaan, (2) perilaku manusia, (3) mesin, perangkat, peralatan, dan
bantuan pekerjaan, (4) standar prestasi, (5) konteks pekerjaan, dan (6)
persyaratan manusia. Sedangkan menurur Sedarmayanti (2010:145) informasi yang
didapatkan menolong dalam membedakan : (1) aktivitas
dan tingkah laku pekerjaan , (2) interaksi dengan yang lainnya, (3) Standar
kinerja, (4) Pengaruh terhadap keuangan dan penganggaran, (5) mesin dan
peralatan yang digunakan, dan (6) kondisi pekerjaan.
Analisis pekerjaan akan
memberikan informasi mengenai uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan
evaluasi pekerjaan bahkan dapat memperkirakan pengayaan atau perluasan
pekerjaan dan penyederhanaan pekerjaan pada masa yang akan datang. Analisis
pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus
dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Manfaat analisis
pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar
pekerjaan, konteks pekerjaan, pernyataan personalis (personnel requirement), prilaku
manusia, dan alat-alat yang akan diperlukan.
Analisis pekerjaan adalah
suatu proses, sedangkan produknya adalah deskripsi jabatan, spesifikasi
jabatan, dan evaluasi jabatan. Analisis pekerjaan pada intinya terdiri dari
rangkaian sejumlah informasi yang digali melalui pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Pertanyaan dalam analisis pekerjaan itu dapat dirumuskan sebagai
berikut :
· What : menanyakan tentang apa yang dikerjakan pada jabatan tersebut atau tugas-tugas apa sajakah yang terdapat pada
jabatan tersebut.
· How : terkait dengan informasi tentang bagaimana mengerjakan pekerjaan atau
tugas-tugas dalam jabatan tersebut atau terkait dengan cara/ prosedur
pelaksanaan tugas.
· Why : menyangkut penggalian informasi tentang mengapa tugas-tugas dalam jabatan
tersebut dilakukan atau untuk tujuan apa tugas-tugas tersebut dikerjakan.
· Skill involved : kecakapan/ kepandaian/ ketrampilan apakah yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan/ tugas-tugas tersebut.
B. Tujuan Analisis Pekerjaan
Menurut Gomes (2003;92)
Ada 12 tujuan analisis pekerjaan yang digunakan oleh sektor publik maupun
sektor swasta, yaitu :
1.
Job description, yaitu untuk
mengidentifikasikan pekerjaan, riwayat pekerjaan, kewajiban-kewajiban
pekerjaan, dan pertanggung jawaban, serta untuk mengetahui spesifikasi
pekerjaan atau informasi mengenai standar pekerjaan,
2. Job classification, yaitu
penyusunan pekerjaan-pekerjaan kedalam kelas-kelas, kelompok-kelompok, atau
jenis-jenis berdasarkan rencana sistematika tertentu,
3. Job evaluation, yaitu suatu prosedur
pengklasifikasian pekerjaan berdasarkan kegunaan masing-masing di dalam
organisasi dan dalam pasar tenaga kerja luar yang terikat,
4. Job desinng restructuring, yaitu meliputi
usaha-usaha untuk mengalokasikan dan merestrukturisasi kegiatan pekerjaan
kedalam berbagai kelompok,
5. Personel requirement, yaitu berupa persyaratan atau spesifikasi tertentu
bagi suatu pekerjaan,
6. Performance appraisal, yaitu
merupakan penilaian sistematis yang dilakukan oleh supervisor terhadap
performansi pekerjaan dari para pekerja,
7. Worker training, yaitu pelatihan yang
ditujukan kapada para pekerja,
8. Worker mobility, yaitu dinamika
keluar-masuknya seseorang dalam posisi, perkerjaan-pekerjaan, dan
okupasi-okupasi tertentu,
9. Efficiency, ini mencangkup
penggabungan proses kerja yang optimal dan rancangan keamanan dari peralatan
dan fasilitas, serta prosedur kerja, susunan kerja dan standar kerja,
10. Safety, berfokus pada
identifikasi dan peniadaan perilaku kerja yang tidak aman, kondisi fisik dan
kondisi lingkungan,
11. Human resource planning, kegiatan antisipasi dan
reaktif melalui suatu organisasi,
12.
Legal
requirements, aturan dan ketentuan
lain yang berkaitan dengan organisasi.
Sedangkan
menurut Sastrohadiwirjo mengatakan bahwa tujuan analisis pekerjaan yaitu : (1) memperoleh tenaga
kerja pada posisi yang tepat, (2) memberikan kepuasan pada diri tenaga kerja,
(3) menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif.
C. Alasan Melaksanakan
Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan ini sangat penting
dilakukan. Hal ini ditandai dengan alasan – alasan sebagai berikut :
1. Sebagai
pegangan dalam merekrut karyawan, yaitu untuk melihat keahlian, kemampuan, dan
pengetahuan calon – calon karyawan yang akan direkrut.
2. Sebagai dasar dalam
melakukan analisis kebutuhan pelatihan.
3. Dengan melakukan analisis
pekerjaan, akan diketahui deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan bagi
masing – masing karyawan, sehingga perusahaan dapat mengevaluasi keberhasilan
maupun kegagalan kinerja karyawan berdasarkan target – target yang telah
ditetapkan dalam deskripsi pekerjaan.
4. Pada poin pertama telah
disebutkan bahwa dengan melakukan analisis pekerjaan, perusahaan dapat melihat
seberapa tinggi keahlian, kemampuan, dan pengetahuan karyawan. Kompensasi yang
akan diberikan pada karyawan – karyawan tersebut nilainya tergantung pada
seberapa tinggi tingkat keahlian, kemampuan, dan pengetahuan karyawan tersebut.
5. Saat melakukan rekrutmen
karyawan, perusahaan juga mempertimbangkan mengenai tingkat keselamatan dan
keamanan kerja serta tingkat kesehatan calon karyawan. Informasi
mengenai hal – hal tersebut dapat dihimpun melalui analisis pekerjaan.
6.
Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi bila
terjadi promosi, transfer, atau demosi karyawan.
Analisis
pekerjaan ini meliputi :
·
Deskripsi pekerjaan, yaitu dokumen
yang menyediakan informasi mengenai tugas, kewajiban, dan tanggung jawab dari
suatu jabatan.
·
Spesifikasi pekerjaan, yaitu dokumen
yang berisi kualifikasi minimum yang harus dimiliki seseorang dalam melakukan
pekerjaan tertentu.
D. Teknik/Metode Dalam Mengumpulkan Informasi Analisis
Pekerjaan
Untuk
mengadakan analisis jabatan maka perlu pengumpulan data
analisis pekerjaan, tugas ini biasanya dilakukan
oleh spesialis bagian personalia seperti manajer personalia, analis pekerjaan
atau konsultan dapat diminta untuk meninjau dan memverifikasi kesimpulan analisis pekerjaan
yang berkaitan dengan aktivitas dan tugas pekerjaan.
Alasan utama menggunakan
alat seleksi untuk mengukur prestasi kerja adalah agar pengusaha dapat
membuktikan bahwa alat seleksi dan penilaian prestasi yang digunakan
benar-benar berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang dinilai.
Beberapa metode yang umum digunakan adalah :
1. Job
Questioner/Daftar-daftar Pertanyaan
Job
Questioner merupakan daftar-daftar pertanyaan yang dibagikan kepada para
pegawai yang menguraikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan
pekerjaan mereka. Melalui metode ini diharapkan mereka memperoleh gambaran yang
jelas daripada suatu jabatan.
Hal
utama yang perlu diputuskan dalam metode ini adalah sejauh mana kadar struktur
kuesioner tersebut seharusnya dan apa pertanyaan - pertanyaan yang harus
dicakup.
Setiap
pegawai/karyawan disajikan suatu daftar yang berisi tugas-tugas dan beberapa tanggung
jawab secara khusus. Kemudian pegawai diminta menunjukkan apakah ia melakukan
pekerjaan tersebut atau tidak, jika ia melakukan pekerjaan tersebut, berapa
lama waktu yang biasanya diperlukan untuk melaksanakan tiap pekerjaan.
Pada
bagian yang lain, kuesioner tersebut tidak terlalu terstruktur dan hanya
meminta pegawai untuk menguraikan tugas-tugas utama dalam pekerjaannya. Dalam
praktek, kuesioner terbaik sering merupakan gabungan antara kedua bagian itu.
Menurut
Moekijat, 1992: 73 Beberapa Keuntungan dan Kelemahan dari Metode ini adalah :
Keuntungan :
Ø Biaya relatif
murah, karena tidak memerlukan banyak orang.
Ø Dapat digunakan
untuk memberikan latar belakang informasi guna menganalisis jabatan yang lebih
baik.
Ø Metode ini lebih
sistimatis dibandingkan dengan metode - metode lainnya, karena telah
dipersiapkan lebih dahulu secara tertulis apa yang akan ditanyakan.
Ø Metode ini membantu
pencatatan data dengan cara yang distandarisasikan sehingga menyebabkan lebih
mudah pula dalam menafsirkan keterangan -keterangan yang ada.
Kelemahan :
Ø
Metode ini hanya dapat dipergunakan untuk
pegawai-pegawai yang dapat membaca dan menulis. Untuk mereka yang buta huruf
metode ini tidak dapat dipakai.
Ø
Informasi yang diperoleh sering kurang lengkap,
kurang teratur dan kadang-kadang tidak berurutan.
Ø
Bagi banyak orang, sulit mengisi daftar
pertanyaan.
2. Wawancara
(Interview)
Wawancara tatap muka
merupakan suatu cara efektif untuk mengumpulkan informasi pekerjaan. Bila
metode ini digunakan, analisis perlu mewawancarai baik tenaga kerja yang
menempati posisi pekerjaan maupun atasan langsungnya. Dengan
wawancara ganda seperti itu, analisis dapat memeriksa kebenaran tanggapan -
tanggapan yang dia terima. Bagaimanapun juga, efektivitas sistem ini terutama
tergantung pada ketrampilan pewawancara (T. Hani Handoko, 1992: 44)
Menurut
Moekijat, 1992: 75 Beberapa Keuntungan dan Kelemahan dari Metode ini adalah :
Keuntungan :
Ø
Dapat diperoleh informasi (keterangan) yang
lebih lengkap dan lebih jelas daripada dengan metode kuesioner. Hal ini adalah
jelas, karena apabila informasi itu kurang lengkap atau kurang jelas dapat
segera ditanyakan lagi.
Ø
Dapat dihindarkan adanya salah pengertian.
Ø
Dapat dipergunakan untuk membetulkan informasi
yang kurang jelas yang diperoleh melalui metode-metode lainnya.
Kelemahan :
Ø
Metode ini memakan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal
daripada dengan metode dafltar pertanyaan.
Ø
Pegawai yang diwawancarai mungkin merasa pekerjaannya diselidiki, sehingga
merasa kurang senang.
3. Buku Harian (Log Tenaga
Kerja)
Log harian adalah daftar
hal-hal yang dilakukan oleh para tenaga kerja selama hari itu, di mana mereka
mencatat setiap aktivitas tersebut dalam log. Hal ini membantu penganalisa
jabatan dalam memperoleh suatu gambaran yang lengkap mengenai pekerjaan yang
dilakukan para pegawai, terutama apabila hal itu dilengkapi dengan wawancara
dengan pegawai dan supervisor.
Menurut Moekijat, 1992: 75
Beberapa Keuntungan dan Kelemahan dari Metode ini adalah :
Keuntungan :
Ø
Memberikan dorongan kepada pegawai untuk melakukan pekerjaan dengan lebih
baik, karena adanya pencatatan hasil pekerjaannya tiap hari dalam buku catatan
harian yang kemudian diperiksa oleh kepalanya.
Ø
Metode ini dapat mengurangi waktu dari penganalisa jabatan dalam mengadakan
observasi dan wawancara, apabila sebelumnya telah mempelajari buku-buku catatan
harian.
Kelemahan :
Ø
Pada umumnya informasi yang diperoleh adalah tidak lengkap, karena tidak
memasukkan data - data lain yang diinginkan seperti alat -alat yang dipergunakan, kondisi - kondisi kerja dan sebagainya.
memasukkan data - data lain yang diinginkan seperti alat -alat yang dipergunakan, kondisi - kondisi kerja dan sebagainya.
Ø
Memakan waktu lama
4. Pengamatan/Obeservasi
Pengamatan
langsung terutama bermanfaat dalam pekerjaan yang hanya terdiri dari aktivitas
fisik yang dapat diamati. Pengamatan langsung sering digunakan dengan kombinasi
wawancara. Salah satu pendekatan adalah dengan mengamati pegawai pada waktu
melaksanakan tugasnya dalam suatu daur (cycle) kerja yang lengkap. Di sini
perusahaan mencatat semua aktivitas-aktivitas pekerjaan yang diamati, kemudian
setelah mengakumulasi informasi sebanyak mungkin, perusahaan mewawancarai
pegawai, di mana orang itu didorong untuk memperjelas hal - hal yang belum
dipahami benar dan menjelaskan aktivitas tambahan yang dilakukannya yang tidak
kita amati.
Menurut Moekijat, 1992: 76
Beberapa Keuntungan dan Kelemahan dari Metode ini adalah :
Keuntungan :
Ø
Ada keseragaman , baik mengenai informasi yang dikumpulkan, maupun mengenai
standard yang dipergunakan untuk menilai kecakapan, pengetahuan, pendidikan,
tanggung jawab dan kondisi kerja.
Ø
Informasi yang diperoleh adalah lebih lengkap, lebih teliti, dan lebih
dapat
dipercaya.
dipercaya.
Kelemahan :
Ø
Sebagai metode tunggal, informasi yang diperoleh kurang lengkap.
Ø
Apabila pengamatan itu dilakukan hanya dalam waktu-waktu yang terbatas,
misalnya sekali seminggu atau sekali sebulan, maka informasi yang diperoleh
tidak lengkap.
Metode
pengamatan merupakan metode yang paling baik untuk jabatan yang sederhana dan
yang sifatnya berulang. Untuk jabatan-jabatan yang lain sebaiknya dipergunakan
gabungan antara metode pengamatan dan metode wawancara.
5. Kombinasi Metode
Pada
umumnya, analis pekerjaan tidak hanya menggantungkan pada satu teknik pengumpulan
data, tetapi dengan menggunakan kombinasi dari berbagai teknik yang tersedia.
Kombinasi terbaik adalah observasi dan wawancara, karena keduanya memberikan
serangkaian data pekerjaan yang paling akurat dan lengkap. Dalam kasus lain,
analis pekerjaan dapat menggunakan lebih dari 2 teknik secara bersamaan untuk
meningkatkan akurasi data yang diperoleh.
E. Pengertian Perencanaan Stratejik
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk
menentukan strategi atau arahan,
serta mengambil
keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya
manusia) untuk mencapai strategi ini.
Berbagai teknik analisis
bisnis dapat dgunakan dalam proses ini,
termasuk analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological), atau STEER (Socio-cultural, Technological, Economic, Ecological,
Regulatory).
Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat
manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan
proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah
petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka
bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( Kerzner , 2001 ).
Untuk mencapai sebuah strategy yang
telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif,
maka para pimpinan perusahaan, manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah
sistem yang ada pada proses perencanaan strategis / strategic planning ( Brown
, 2005 ). Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga
dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi (
Skinner, 1969 ). Untuk mencapai sebuah strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam
rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer
operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan
strategis Brown , 2005 ). Kemampuan
manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah
senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi ( Skinner, 1969 ).
Perencanaan strategis secara
eksplisit berhubungan dengan manajemen perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian
beberapa ahli (e.g., Ansoff, 1965; Anthony,1965; Lorange, 1980; Steiner, 1979).
Lorange (1980), menuliskan, bahwa strategic planning adalah kegiatan yang
mencakup serangkaian proses dari inovasi dan mengubah perusahaan, sehingga
apabila strategic planning tidak mendukung inovasi dan perubahan, maka itu
adalah kegagalan.
F. Proses Perencanaan Stratejik
Proses
perencanaan strategis atau manajemen strategis merupakan proses pengarahan
usaha perencanaan strategis dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan
baik sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam jangka panjang. Secara umum
proses perencanaan strategis memuat unsur-unsur :
a. Formulasi
Misi dan Tujuan
Pertanyaan
mendasar dalam formulasi misi dan tujuan adalah “Apa usaha kita?” dan “Apa
usaha kita yang seharusnya?”.
Ø
Misi
Sebuah
misi perusahaan adalah
alasan keberadaan. Misi
sering diungkapkan dalam pernyataan misi, yang menyampaikan rasa tujuan
proyek kepada karyawan dan citra perusahaan kepada pelanggan. Dalam perumusan
proses strategi, pernyataan misi merupakan suasana hati perusahaan kemana harus
pergi.
Ø
Tujuan
Tujuan
adalah tujuan konkret
organisasi berusaha untuk mencapainya, misalnya, sebuah target
pertumbuhan pendapatan.
b. Pengkajian
lingkungan
Pengkajian
lingkungan melibatkan analisis SWOT-penilaian internal terhadap kekuatan dan
kelemahan perusahaan dan penilaian eksternal terhadap peluang dan ancaman yang
di hadapi.
Ø
Penilaian internal
Ini melibatkan analisis
terhadap kekuatan (keahlian, sumber daya dan pencapaian) dan kelemahan
organisasi, memutuskan bagaimana kekuatan dapat di eksploitasi dan kelemahan
dapat diatasi dan menilai pengaruh tindakan yang di usulkan terhadap
profitabilitas. Analisis tersebut mencakup :
̵
Keuanga
̵
SDM
̵
Pemasara
̵
Operasiona
̵
Manajemen
Ø
Penilaian eksternal
Ini melibatkan analisis lingkungan di tempat
organisasi beroperasi : perekonomian,
persaingan, kebijakan pemerintah dan trend pasar. Sasarannya adalah
mengidentifikasi faktor-faktor kunci bagi keberhasilan dalam pasar saat ini dan
peluang untuk secara menguntungkan memasuki pasar-pasar baru atau
memperkenalkan produk-produk baru.Sebuah analisis eksternal terhadap peluang
dan ancaman harus meliputi :
̵
Faktor-faktor ekonomi : nilai tukar,
suku bunga, laju pertumbuhan.
̵
Trend pasar : perilaku
konsumen
̵
Perubahan teknologi
̵
Faktor-faktor input: biaya, ketersediaan energi
dan bahan baru.
c. Tujuan
Jangka Panjang
Tujuan jangka
panjang mempunyai dua makna :
1. Mendorong
manajer untuk segera melakukan aktivitas sekarang yang perlu dalam rangka
mencapai target 5 tahun ke depan.
2. Membantu
manajer untuk menimbang dampak dari tindakan sekarang pada kinerja perusahaan
dalam jangka panjang.
d. Penyusunan
Strategi
Begitu
gambaran yang jelas tentang perusahaan dan lingkungannya yang
ada, selanjutnya menyusun strategi. Langkah konkret menyusun strategi
yaitu sebagai berikut:
̵
Menetapkan jenis bisnis dan harapan perusahaan.
̵
Menterjemahkan visi dan misi ke dalam suatu
tujuan strategis yang terukur.
̵
Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai
tujuan dan target.
̵
Melakukan berbagai keputusan taktis dengan
efektif dan efisien atas strategi terpilih.
̵
Melakukan evaluasi terhadap kinerja,
penyesuaian terhadap arah, tujuan, strategi dan pelaksanaannya sesuai dengan
situasi terbaru.
Contoh: Perusahaan
memproduksi sirup jeruk yang melibatkan input sebagai
pendukung kegiatan produksi.
e. Perumusan
isu-isu strategis
Isu-isu strategis
adalah isu-isu yang
berkaitan dengan keterkaitan
antara organisasi yang dikaji dengan lingkungannya (internal
maupun eksternal) yang isu-isu
tersebut banyak mempengaruhi organisasi tersebut. Maka semua isu strategis
adalah penting, tapi tidak semua isu penting adalah strategis. Contoh :
Isu strategis : Bagaimana
cara menangani limbah produksi agar lingkungan tetap lestari?
1. Masalah :
̵
Volume limbah yang terlalu besar
̵
Tidak tersedia lagi tempat pembuangan
̵
Biaya pembuangan yang meningkat dengan cepat
2. Konsekuensi :
̵
Jika perusahaan gagal dalam menangani akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan.
̵
Masyarakat sekitar akan unjuk rasa menuntut masalah ini.
̵
Jika dampak ini berkelanjutan maka masyarakat mendukung atas penutupan
perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi.
f.
Pelaksanaan
Strategi
Perencanaan
strategi harus dijalankan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Contoh :
Sasaran
kebijakan menangani lingkungan :
̵
Limbah sebelum di buang di netralisirkan
terlebih dahulu.
̵
Limbah di recycle menjadi benda yang bermanfaat
dan bernilai jual.
̵
Dinas Perencanaan dan Pembangunan
merekomendasikan tempat pembiangan sampah yang baru.
g.
Evaluasi dan
Pengendalian Strategis
Manajer
harus selalu mengevaluasi pelaksanaan rencana strategis. Pengendalian strategis
merupakan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana strategis. Setelah diimplementasikan, hasil
dari strategi perlu
diukur dan dievaluasi, dengan
perubahan yang dibuat seperti yang diperlukan untuk tetap pada jalur rencana.
Sistem kontrol harus dikembangkan dan dilaksanakan untuk memfasilitasi
pemantauan ini. Standar
kinerja yang ditetapkan, performa yang sebenarnya diukur,
dan tindakan yang tepat diambil untuk memastikan keberhasilan.
BAB III
KESIMPULAN
Analisis
pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari,
mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu pekerjaan secara
sistematis dan sistemik.
Analisis pekerjaan akan
memberikan informasi mengenai uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan
evaluasi pekerjaan bahkan dapat memperkirakan pengayaan atau perluasan
pekerjaan dan penyederhanaan pekerjaan pada masa yang akan datang. Analisis
pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus
dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Manfaat analisis
pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar
pekerjaan, konteks pekerjaan, pernyataan personalis (personnel requirement), prilaku
manusia, dan alat-alat yang akan diperlukan. Analisis pekerjaan ini meliputi deskripsi pekerjaan dan Spesifikasi
pekerjaan.
Perencanaan strategis bagi perusahaan sangat penting, karena tanpa strategi
dalam mengelola perusahaan, seorang manajer seolah-olah melangkah dalam
ketidakpastian. Perencanaan
Strategi merupakan faktor internal yang penting untuk dipertimbangkan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Manajemen dengan segala keahliannya
dituntut untuk menyusun strategi yang cocok untuk perusahaan yang dipimpinnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis
Langganan:
Postingan (Atom)