SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA / SEMOGA BERMANFAAT / JANGAN LUPA SHOLAT, BACA QUR'AN, SEDEKAH DAN SOLAWATAN

Kamis, 10 April 2014

Success Tips #1:


Pikir itu pelita hati...
sukses, keunggulan, dan kelebihan
itu milik semua orang...
yang mau berusaha!
Pelita harus dinyalakan, baru akan
terang.  Ada pepatah mengatakan:
'Nyalakanlah pelitamu di tempat yang gelap dan tinggi, agar bisa menerangi semua sudut dan segi, tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk semua orang yang belum
menemui jati diri.
'

Semoga Newsletter ini dapat menjadi
PELITA yang bisa menerangi hidup kita
untuk menjadi lebih santun, rukun,
dan bahagia. Agar pikiran, ucapan,
dan perbuatan kita selalu terang.
Hidup lebih bermakna dan berguna
bagi sesama
.


-----110414-----

PROSPEK KOMODITI EKSPOR INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Komoditi Karet)




DOSEN            : SULKARNAIN, SE, M.Si
MAKALAH     : EKONOMI INTERNASIONAL II

PROSPEK KOMODITI EKSPOR INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
(Komoditi Karet)



DISUSUN
OLEH

KARTINI
212 210 037

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Ekonomi Internasional II “Prospek Komoditi Eksport Indonesia Di Pasar Internasioanl” dengan baik tanpa adanya kendala apapun yang berarti.
Tugas makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ekonomi Internasional II. Tujuan lain penyusunan tugas ini adalah supaya para pembacanya dapat memahami tentang bagaiman “Prospek Komoditi Eksport Indonesia Di Pasar Internasioanl. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Yang utama penulis mengucapakan terimakasih kepada Bapak Sulkarnain, SE., M.Si , selaku dosen mata kuliah Ekonomi Internasional II.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah sempurna. Penulis mengucapkan terimakasih.




Parepare, 29 Maret 2014


                           PENULIS


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A.    Karakteristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis).......................... 3
B.     Potensi Pasar Karet di Indonesi................................................................ 5
C.     Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Dunia....................................... 6
D.    Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia dan Bagaimana Usaha Mengatasinya      8
E.     Bagaimana Posisi Karet Indonesia di Dunia............................................. 12
F.      Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet (Hevea brasilliensis)............ 15
BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 18
A.    Kesimpulan................................................................................................ 18
B.     Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20



 



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas. Sekitar 90% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Hal tersebut disebabkan karena masih belum berkembangnya industri-industri pengolahan karet yang ada di dalam negeri. Saat ini pangsa pasar untuk produk karet tersebut telah menjangkau kelima benua, yakni Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa. Namun demikian Asia masih merupakan pangsa pasar yang paling utama. Kondisi tersebut memberi peluang pemasaran karet alam Indonesia saat ini lebih cenderung untuk pasar global.
Indonesia merupakan negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Meskipun demikian produksi karet Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet Indonesia. Keadaan ini disebabkan karena rendahnya produktivitas, terutama diperkebunan karet rakyat yang menyumbang 71% dari total produksi karet nasional serta karet yang dihasilkan dari perkebunan karet rakyat saat ini masih dijual dalam bentuk gelondongan dengan mutu rendah karena industri pengolahan karet alam belum berkembang. Saat ini pasar produksi karet dunia didominasi oleh enam negara yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan Vietnam.
Perkembangan produksi karet Indonesia setiap tahun terus mengalami kenaikan. Adanya peningkatan produksi karet setiap tahunnya menunjukkan bahwa karet Indonesia cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai pasar global. Dengan melihat perkembangan produksi karet Indonesia dan meningkatnya permintaan dunia terhadap karet menjadikan peluang bagi Indonesia untuk menempatkan diri sebagai negara produsen utama karet di dunia. Namun masalah peningkatan daya saing di pasar dunia serta peningkatan mutu produktivitas karet alam harus secara terus menerus dilakukan untuk meningkatkan ekspor karet, sehingga ke depannya di era persaingan global Indonesia mampu merebut pasar di negara Asia dan Amerika.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1.    Bagaimana Karakteristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis ?
2.    Bagaiamana Potensi Pasar Karet di Indonesia
3.    Bagaimana Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Dunia ?
4.    Apa Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia dan Usaha Mengatasinya ?
5.    Bagaimana Posisi Karet Indonesia di Dunia
6.    Bagaimana Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet (Hevea brasilliensis) ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui Karakteristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis)
2.    Mengetahui Potensi Pasar Karet di Indonesi
3.    Mengetahui Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Dunia
4.    Apa Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia dan Bagaimana Usaha Mengatasinya
5.    Mengetahui Bagaimana Posisi Karet Indonesia di Dunia
6.    Mengetahui Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet (Hevea brasilliensis)



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karateristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis)
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea brasilliensis. Karet (Hevea brasilliensis) adalah tanaman perkebunan tahunan. Pohon karet (Hevea brasilliensis)  pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet (Hevea brasilliensis)  pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor.
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan yang mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah          (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Tanaman  karet adalah tanaman tahunan yang  dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20 meter. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh lateks. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin.
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat inisebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan. Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomistanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Struktur botani tanaman karet (Hevea brasilliensis) ialah tersusun sebagai beriku :
Kingdom              :           Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom         :           Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi         :           Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                    :           Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                    :           Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas             :           Rosidae
Ordo                     :           Euphorbiales
Famili                   :           Euphorbiaceae
Genus                   :           Hevea
Spesies                 :           Hevea brasilliensis Muell. Arg
Karet (Hevea brasilliensis) adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Hevea brasilliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak lateks lagi.
Hasil utama dari pohon karet (Hevea brasilliensis) adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan oleh masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi ataupun sit asap/sit angin. Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, sepatu karet, sarung tangan, dan lain sebagainya. Hasil sampingan dari pohon karet adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet tua/tidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet yang diperjual belikan adalah dari peremajaan kebun karet yang tua yang dikaitkan dengan penanaman karet baru lagi. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga (furniture).
Hal yang paling penting dalam penanaman karet (Hevea brasilliensis)  adalah bibit/bahan tanam, dimana dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.

B.     Potensi Pasar Karet di Indonesia
Kebutuhan manusia akan karet terus berkembang dan meningkat seiring meningkatnya pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dapat diperkirakan pada masa yang akan datang kebutuhan akan karet akan terus meningkat.
Melihat adanya peningkatan permintaan akan bahan karet alami khususnya di negaranegara industri, maka upaya untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri produksi karet merupakan langkah yang bagus.
Meskipun permintaan akan bahan karet alami ini sempat mengalami penurunan (yang juga mengakibatkan penurunan harga bahan karet alami) karena krisis ekonomi dinegara-negara maju (seperti AS dan Eropa) yang banyak memakai bahan karet alami, namun memasuki tahun 2014 ini ada harapan ekonomi negara-negara maju tersebut akan kembali mengalami kenaikan yang pada gilirannya akan menaikkan permintaan terhadap bahan karet alami ini. Tabel dibawah ini bisa menjelaskan naiknya produksi bahan karet alami baik karena kenaikan produktifitas maupun karena kenaikan luas areal tanam.
Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas
Tahun 2006 -2013

C.    Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Dunia
Jumlah konsumsi karet dunia meningkat dan lebih tinggi dari produksi yang ada. Dengan begitu Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia dikarenakan Negaranegara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan industri karet.
Melihat dari kacamata kebutuhan akan produksi karet‚ beberapa industri tertentu memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam‚ misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti radial‚ walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis‚ tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar yaitu dua kali komponen karet sintetis. Jadi kebutuhan akan karet alam sangatlah besar.
Tetapi unsur persaingan industri karet alam menunjukkan intensitas persaingan yang dikategorikan tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa industri karet alam memiliki daya tarik industri dan potensi laba yang sangat besar. Daya tarik yang besar ini ditunjukkan oleh tingginya peningkatan pertumbuhan rata-rata industri.
Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan meningkat sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan akan karet akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di Indonesia ke negaranegara lainnya.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan akan bahan karet alami di negaranegara industri terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri produksi karet merupakan langkah yang bagus untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan perkembangan perkebunan karet, industri hilir guna memberi nilai tambah dari hasil industri hulu.
Jumlah konsumsi karet (Hevea brasilliensis) dunia meningkat dan lebih tinggi dari produksi yang ada. Dengan begitu Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia dikarenakan Negaranegara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan industri karet.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan karet alam dari negaranegara industri, ini mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke negaranegara lainnya. Kebanyakan adalah Negara produsen mobil. Peningkatan juga terjadi karena adanya pengalihan karet sistetis akibat naiknya harga minyak dunia.

D.    Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia dan Usaha Mengatasinya
·       Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia
1.    Rendahnya Produktifitas
Soal produktifitas, tanaman karet Indonesia kalah dibandingkan dengan negara-negara lain penghasil karet di dunia. Bahkan produktifitas karet alam Indonesia ada dinomor buncit sebagaimana yang bisa dilihat di tabel di bawah ini.
Produktifitas Karet Alam Beberapa Negara di Dunia   
(Kg/Ha)
Produktifitas karet India saat ini 1,8 ton per hektar dan Thailand 1,79 ton. Vietnam yang baru saja mengembangkan produktifitas tanamana karetnya bisa mencapai 1,72 ton per hektar. Sri Lanka 1,55 ton dan Cina 1,16 ton. Produktifitas tanamana karet milik petani di Malaysia mencapai 1,5 ton, sedangkan Indonesia hanya bisa mencapai 1,0 ton per hektar per tahun. Kondisi di Indonesia sangat ironis, mengingat petani Indonesia saat ini menguasai 85% dari total luas lahan perkebunan karet di Tanah Air. Rendahnya produktifitas tanaman karet Indonesia akibat kurangnya perhatian pihak terkait dalam bidang penelitian dan pengembangan (litbang) tanaman karet. 
2.    Kurangnya Revitalisasi
Dari 3.456.128 hektar luas areal tanaman karet di Indonesia, saat ini sekitar 400 ribu hektar tanaman karet kondisinya sudah tua atau rusak yang tidak menggunakan klon unggul dan harus segera diremajakan, sementara 592 ribu hektar merupakan tanaman yang belum menghasilkan. Sisanya sebesar 2.464.128 hektar (71%) barulah merupakan tanaman yang menghasilkan.
3.    Kurangnya Penggunaan Benih Unggul
Staff ahli Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Suharto Honggokusumo mengatakan penyebab rendahnya produktifitas tanamana karet petani diantaranya karena menggunakan bibit atau benih yang tidak unggul. Tercatat 40% benih yang digunakan petani tidak masuk criteria unggul. Selain itu petani tidak menguasai tehnik dan tata cara budidaya tanamana karet yang tepat dan baik. Apalagi dalam penguasaan tehnologi penyadapan, kemampuan petani juga sangat minim. Indonesia harusnya bisa meniru Thailand. Tingkat penggunaan benih unggul di Indonesia baru mencapai 60%, sementara Thailand sudah 95% menggunakan klon unggul.
4.    Terpencar-pencar dan kecil-kecil.
Lokasi perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil-kecil dengan akses yang terbatas, sehingga biaya angkut menjadi tinggi dan kurang efisien. 
·       Usaha Mengatasinya
1.    Peningkatan Produktifitas
Salah satu cara peningkatan produktifitas adalah dengan meningkatkan mutu hasil tanaman karet alam yang dihasilkan oleh para petani. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mutu bahan olah karet (BOKAR) yang berasal dari kebun rakyat masih belum memenuhi SNI BOKAR. Terkait dengan upaya peningkatan mutu Bokar Menteri Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No 38 tahun 2008 tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bokar.
Di dalam Permentan ini diatur kebijakan pengolahan Bokar dimana untuk menjaga keberlanjutan usaha tani, petani wajib melakukan proses penyadapan karet dengan tehnik yang benar, tenaga penyadap yang terampil dan peralatan yang baik, sesuai dengan baku tehnis yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh nilai Bokar yang layak, petani wajib menghasilkan Bokar yang bermutu sesuai standard SNI Bokar yang telah ditetapkan.
Upaya perbaikan mutu Bokar tidak didekati melalui orang per orang (petani) melainkan didekati dari semangat kebersamaan petani dalam suatu kelembagaan yang dibentuk oleh petani/kelompok tani yakni Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) sehingga lebih mudah dilakukan pembinaan. UPPB berfungsi memberikan pelayanan tehnis pengolahan maupun pengembangan usaha pemasaran Bokar milik anggota kelompok. UPPB dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam proses pengolahan Bokar serta didampingi oleh seorang petugas teknis dan administrasi yang terlatih.
2.    Program Revitalisasi
Peremajaan karet tua dan tidak produktif terutama pada perkebunan rakyat dilakukan pemerintah melalui peningkatan adopsi klon dari 40% pada tahun 2004 menjadi 55% pada tahun 2012, yang terutama direalisasikan melalui gerakan peremajaan karet rakyat.
Upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi dan subsidi bunga oleh pemerintah melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil.
Ditjen perkebunan telah melaksanakan program revitalisasi dan program non revitalisasi karet rakyat. Program ini dibiayai dari APBN dan dana perbankan dengan subsidi bunga dari dana APBN. Target program revitalisasi karet rakyat tahun 2011-2014 seluas 119.000 ha terdiri dari peremajaan seluas 74.600 ha dan perluasan 44.000 ha. Realisasi sampai April 2013 baru mencapai seluas 9.120 ha (7.65% dari target) dengan petani 4.730 KK. Pada tahun 2014 direncanakan program peremajaan seluas 8.910 Ha yang tersebar di 13 Propinsi dengan 42 Kabupaten.
3.    Penggunaan benih unggul.
Didalam kebijakan pengembangan produktifitas karet perkebunan rakyat Indonesia, pemerintah mendorong penggunaan klon unggul lateks dan kayu yang mempunyai produktifitas lateks lebih dari 2.500 kg/ha/tahun, dan menghasilkan produktifitas kayu karet lebih dari 300 m3/ha.
Selain itu pekebun juga didorong untuk meningkatkan hasil kebunnya melalui pemupukan dan peningkatan adopsi teknis budidaya karet terkini, antara lain periode Tanaman Belum Menghasilkan (TMB) yang bisa lebih pendek dari 21-24 bulan.
4.    Memperluas Areal Tanam
Persoalan dimana lokasi perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil-kecil dengan akses yang terbatas, sehingga biaya angkut menjadi tinggi dan kurang efisien, dapat diatasi dengan memperluas areal tanam para petani pekebun rakyat Indonesia.
Saat ini, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, total luas perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,45 juta ha, dimana sekitar 85% diantaranya dikuasai petani rakyat, sedangkan 7,5% dikuasai oleh Perusahaan Perkebunan Milik Negara (BUMN) dan 7,5% lainnya perusahaan swasta.
Menurut Suharto, Indonesia harusnya bisa meniru Thailand dimana sejak 2006 sudah berhasil membantu dan memfasilitasi petani karet sehingga produktifitas meningkat. Dan bukan itu saja, petani rakyat juga diberi kemudahan untuk mengakses atau memperluas lahan lebih luas. Sedikitnya 400 ribu ha lahan bisa ditambah oleh petani karet Thailand sejak 2006, sementara petani Indonesia masih kesulitan melakukannya.

E.     Posisi Karet Indonesia di Dunia
Produksi Karet dunia dalam beberapa tahun terakhir ini sedikit berfluktuasi, namun secara umum masih cenderung meningkat. Produksi Karet dunia pada tahun 2002 sekitar 7,3 juta ton, meningkat terus setiap tahun menjadi 10 juta ton pada tahun 2008 dan mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi sebesar 9,6 juta ton.
Menurut penyebarannya ternyata produksi Karet dunia tidak menyebar merata diberbagai kawasan dunia, produksi karet terbesar berada di wilayah Asia. Thailand  tercatat sebagai produsen terbesar selama beberapa tahun terakhir ini. Produksi Karet di negara ini memang sedikit mengalami fluktuasi, namun secara umum masih menunjukkan peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 2,2% per tahun. Produksi Karet di negara ini pada tahun 2002 masih sekitar 2,6 juta ton, kemudian pada tahun 2006 melonjak hingga mencapai 3,1 juta ton, namun pada tahun 2009 hanya mencapai 3 juta ton.
Indonesia yang tercatat sebagai produsen Karet terbesar kedua setelah Thailand, pada tahun 2002 mampu memproduksi sekitar 1,6 juta ton dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 2,8  juta ton kemudian turun pada tahun 2009 menjadi 2,5 juta ton.
Sementara itu, negara di kawasan Asia lainnya yang memiliki produksi Karet cukup tinggi adalah Malaysia dan Vietnam. Adapun perkembangan produksi karet dunia secara singkat dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


Tabel
Perkembangan Produksi Karet Dunia
Tahun 2002 – 2009(ribuan ton)
Negara-negara produsen Karet dunia dapat dilihat secara total prosentase pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Thailand tercatat sebagai produsen terbesar (32,93%), Indonesia sebagai produsen terbesar kedua (25,53%), secara lengkap dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
Saat ini Indonesia masih bisa berbangga karena tetap menjadi produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Produksi karet nasional pada tahun 2013 diprediksi mencapai 3 juta ton atau naik 3% dari tahun lalu. Tahun 2014, produksi karet alam Indonesia ditargetkan mencapai 3,18 juta ton karet kering.
Tetapi tren karet sedang mengalami perubahan dimana banyak negara, terutama di Asia Tenggara yang kondisi iklim dan geografisnyanya mendukung mulai mengembangkan perkebunan karet rakyat. Mereka menyadari tanaman karet bisa menjadi “obat” bagi masalah kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.
Negara yang sedang semangat mengembangkan perkebunan karetnya adalah Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja. Produksi karet alam Vietnam bahkan melejit menjadi terbesar keempat di dunia dan mulai diperhitungkan.
Karena negara-negara produsen karet alam kian banyak, produksi menjadi  meningkat. Dengan demikian usaha perkebunan karet kian dituntut kompetitif. Tren persaingan harga akan bertambah ketat. Cara satu-satunya untuk bisa mempertahankan diri menjadi raksasa karet dunia adalah dengan meningkatkan daya saing.
Peningkatan daya saing memerlukan usaha yang konkrit dan berkelanjutan di dalam empat hal sebagaimana telah disebutkan diatas, yakni peningkatan produktifitas, program revitalisasi, penggunaan bibit unggul dan perluasan lahan petani rakyat. Tanpa usaha yang konkrit dan berkelanjutan dalam ke empat hal tersebut maka cepat atau lambat, Indonesia akan tergeser dari posisinya sebagai raksasa komoditi karet dunia.
Selain meningkatkan daya saing agar mendapatkan pasar di negara-negara lain, untuk meningkatkan harga karet bisa juga dengan cara memperluas pasar di dalam negeri sendiri. Perluasan pasar di dalam negeri bisa dipicu melalui peningkatan value added dengan hasil produk-produk akhir berbahan karet di Indonesia, seperti produk-produk ban, alat kesehatan, dan temuan-temuan lainnya.

F.     Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 2,0 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2,0 milyar dan nilai ekspor karet pada tahun 2006 mencapai US $ 4,2 milyar (Kompas, 2006).
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk per tanaman karet , sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya 85 merupakan perkebunan karet milik rakyat dan hanya 7 perkebunan besar negara serta 8 perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet . Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini di masa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif. Pada bahasan ini disajikan prospek karet alam yang mencakup, (i) perkembangan pasar komoditi karet alam dilihat dari perkembangan pasar global, (ii) perkembangan industri karet alam nasional, dan (iii) perkembangan industri karet internasional.
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet . Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan . Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan.
Untuk jumlah konsumsi karet dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga karet di pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti China, India dan             Asia Pasifik.
Menurut data untuk tahun 2011 produksi karet (Hevea brasilliensis) alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya dikarenakan terganggunya produksi karet dibeberapa negara seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Dengan adanya asumsi tersebut, dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri/ekspor dan tentunya dengan catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan. Untuk  tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9 juta ton. Diperkirakan untuk targetnya ekspor karet bisa naik hingga 10%.
Dengan adanya penyebaran lahanlahan penanaman pohon karet hampir di seluruh propinsi yang ada di Indonesia saat ini, diharapkan akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan karet alami dan pemenuhan industri pengolahan hasil dari pengolahan pohon karet dan ini membuka peluang kepada investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan karet. Karet (Hevea brasilliensis)  merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia beberapa tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dengan begitu pendapatan devisa dari komoditi ini menunjukan hasil yang bagus.
Sebagai salah satu komoditi industri, produksi karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam sistem dan proses produksinya. Produk industri karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Semuanya ini memerlukan dukungan teknologi industri yang lengkap, yang mana diperoleh melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan. Indonesia dalam hal ini telah memiliki lembaga penelitian karet yang menyediakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di bidang perkaretan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Karet merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas. Sekitar 90% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Hal tersebut disebabkan karena masih belum berkembangnya industri-industri pengolahan karet yang ada di dalam negeri.
Indonesia merupakan negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Akan tetapi produksi karet Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet Indonesia. Hal ini disebabkan karena rendahnya produktivitas, terutama di perkebunan karet rakyat yang menyumbang 71% dari total produksi karet nasional serta karet yang dihasilkan dari perkebunan karet rakyat saat ini masih dijual dalam bentuk gelondongan dengan mutu rendah karena industri pengolahan karet alam belum berkembang. Adapun permasalahan pengembangan karet di Indonesia dikerenakan rendahnya produktifitas, kurangnya revitalisasi, kurangnya penggunaan benih unggul, serta lokasi perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil-kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan beberapa usaha yakni dengan meningkatkan produktifitas, melakukan program revitalisasi, penggunaan benih unggul dan memperluas areal tanam.
Melihat ekspor karet Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, maka dapat diprediksikan bahwa kedepannya pengeksporan karet ke mancanegara akan lebih meningkat dan tentunya dengan memperhatikan dan    mengatasi kendala-kendala dalam pengembangan usaha karet karena karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
Karet merupakan komoditas unggulan yang memiliki pasar cukup cerah di pasar internasional sehingga karet memiliki arti yang penting sebagai sumber devisa, penyerap tenaga kerja, dan sebagai sumber pendapatan petani.

B.     Saran
1.    Pemerintah harus lebih memperhatikan usaha perkebunan karet seperti meningkatkan produktifitas dengan cara mengembangkan industri pengolahan karet, menyediakan benih unggul, menjalankan program revitalisasi serta memperluas area penanaman pohon karet agar mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan dan permintaan  karet dunia sehingga berpeluang untuk menguasai pasar global dan mampu menempatkan diri sebagai Negara produsen utama karet dunia serta meningkatkan devisa Negara.
2.    Salah satu permasalahan pengembangan karet di Indonesia yaitu Lokasi perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil-kecil, harusnya pemerintah memperhatikan lebih dulu masalah tersebut dengan memperluas area penanaman pohon karet (perkebunan karet) dan dengan adanya perluasan perkebunan akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran hal ini sedikit mengatasi masalah makro ekonomi.
3.    Mengembangkan nilai tambah yang bisa diperoleh dari produk karet sebagai inovasi untuk mengantisipasi kekurangan karet alam yang akan terjadi dengan melalui pengembangan industry hilir dan pemanfaatan kayu karet sebagai bahan baku industry kayu.
4.    Karena Indonesia masih kalah dalam penggunaan tehknologi maka pemerintah harusnya meningkatkan tekhnologi dengan penggunaan tekhnologi yang canggih pula agar produk yang dihasilkan berkualitas dan mampu bersaing dengan Negara-negara pesaing seperti Thailand dan Malaysia.


DAFTAR PUSTAKA