DOSEN : SULKARNAIN, SE, M.Si
MAKALAH : EKONOMI INTERNASIONAL
II
PROSPEK KOMODITI EKSPOR INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
(Komoditi Karet)
(Komoditi Karet)
DISUSUN
OLEH
KARTINI
212
210 037
JURUSAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PAREPARE
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Ekonomi Internasional II “Prospek Komoditi Eksport Indonesia Di Pasar
Internasioanl” dengan baik tanpa adanya kendala apapun yang berarti.
Tugas makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah Ekonomi Internasional II. Tujuan
lain penyusunan tugas ini adalah supaya para pembacanya dapat memahami tentang bagaiman “Prospek Komoditi Eksport Indonesia Di Pasar
Internasioanl”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Yang utama penulis mengucapakan terimakasih
kepada Bapak Sulkarnain, SE., M.Si , selaku
dosen mata kuliah Ekonomi Internasional II.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah sempurna. Penulis mengucapkan
terimakasih.
Parepare, 29 Maret 2014
PENULIS
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Karakteristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis).......................... 3
B. Potensi Pasar Karet di Indonesi................................................................ 5
C. Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Dunia....................................... 6
D. Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia dan Bagaimana
Usaha Mengatasinya 8
E. Bagaimana Posisi Karet Indonesia di Dunia............................................. 12
F. Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet (Hevea brasilliensis)............ 15
BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 18
A.
Kesimpulan................................................................................................ 18
B.
Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karet merupakan
salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting
dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu komoditi ekspor
unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas.
Sekitar 90% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya
sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Hal tersebut disebabkan karena
masih belum berkembangnya industri-industri pengolahan karet yang ada di dalam
negeri. Saat ini pangsa pasar untuk produk karet tersebut telah menjangkau
kelima benua, yakni Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa. Namun demikian
Asia masih merupakan pangsa pasar yang paling utama. Kondisi tersebut memberi
peluang pemasaran karet alam Indonesia saat ini lebih cenderung untuk pasar
global.
Indonesia
merupakan negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen
utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Meskipun demikian produksi karet
Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet
Indonesia. Keadaan ini disebabkan karena rendahnya produktivitas, terutama
diperkebunan karet rakyat yang menyumbang 71% dari total produksi karet
nasional serta karet yang dihasilkan dari perkebunan karet rakyat saat ini
masih dijual dalam bentuk gelondongan dengan mutu rendah karena industri
pengolahan karet alam belum berkembang. Saat ini pasar produksi karet dunia
didominasi oleh enam negara yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China
dan Vietnam.
Perkembangan
produksi karet Indonesia setiap tahun terus mengalami kenaikan. Adanya
peningkatan produksi karet setiap tahunnya menunjukkan bahwa karet Indonesia
cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai pasar global. Dengan
melihat perkembangan produksi karet Indonesia dan meningkatnya permintaan dunia
terhadap karet menjadikan peluang bagi Indonesia untuk menempatkan diri sebagai
negara produsen utama karet di dunia. Namun masalah peningkatan daya saing di
pasar dunia serta peningkatan mutu produktivitas karet alam harus secara terus
menerus dilakukan untuk meningkatkan ekspor karet, sehingga ke depannya di era
persaingan global Indonesia mampu merebut pasar di negara Asia dan Amerika.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1.
Bagaimana Karakteristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis ?
2.
Bagaiamana Potensi Pasar Karet di Indonesia
3.
Bagaimana Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Dunia ?
4.
Apa Permasalahan Pengembangan Karet di
Indonesia dan Usaha Mengatasinya ?
5.
Bagaimana Posisi Karet Indonesia di Dunia
6.
Bagaimana Prospek dan Peluang Pasar Komoditi
Karet (Hevea brasilliensis) ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui
Karakteristik dan Kegunaan Karet (Hevea
brasilliensis)
2. Mengetahui
Potensi Pasar Karet di Indonesi
3. Mengetahui
Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis)
Dunia
4. Apa
Permasalahan Pengembangan Karet di Indonesia dan Bagaimana Usaha Mengatasinya
5. Mengetahui
Bagaimana Posisi Karet Indonesia di Dunia
6. Mengetahui
Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet (Hevea
brasilliensis)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karateristik
dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis)
Tanaman
karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea brasilliensis. Karet
(Hevea brasilliensis) adalah tanaman
perkebunan tahunan. Pohon karet (Hevea
brasilliensis) pertama kali hanya
tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh
Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana
sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia
merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman
karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet (Hevea brasilliensis) pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya
Bogor.
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan yang
mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir
keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus
tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20 meter. Batang tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang tersebut berbentuk
silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan
arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Modal
utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5sampai 3 meter
dimana terdapat pembuluh lateks. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman
karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin.
Tanaman
karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat
inisebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada
awal musim hujan. Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang
ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi
lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi
klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman
karet. Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa
TBM 5tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara
ekonomistanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Struktur
botani tanaman karet (Hevea
brasilliensis) ialah tersusun
sebagai beriku :
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell. Arg
Karet
(Hevea brasilliensis) adalah polimer
hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang
diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga
diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang
digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Hevea brasilliensis
(Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon
akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak lateks lagi.
Hasil
utama dari pohon karet (Hevea
brasilliensis) adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan oleh
masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi ataupun sit asap/sit angin.
Selajutnya produk tersebut sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah
yang menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, sepatu
karet, sarung tangan, dan lain sebagainya. Hasil sampingan dari pohon karet
adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun
peremajaan kebun karet tua/tidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet
yang diperjual belikan adalah dari peremajaan kebun karet yang tua yang
dikaitkan dengan penanaman karet baru lagi. Kayu karet dapat dipergunakan
sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk
alat rumah tangga (furniture).
Hal
yang paling penting dalam penanaman karet (Hevea
brasilliensis) adalah bibit/bahan
tanam, dimana dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari
tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun
sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu
disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood),
dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
B.
Potensi Pasar
Karet di Indonesia
Kebutuhan
manusia akan karet terus berkembang dan meningkat seiring meningkatnya
pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan
keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dapat diperkirakan pada masa yang akan
datang kebutuhan akan karet akan terus meningkat.
Melihat
adanya peningkatan permintaan akan bahan karet alami khususnya di negara‐negara
industri, maka upaya untuk meningkatkan persediaan akan karet alami dan
industri produksi karet merupakan langkah yang bagus.
Meskipun permintaan akan bahan karet alami ini
sempat mengalami penurunan (yang juga mengakibatkan penurunan harga bahan karet
alami) karena krisis ekonomi dinegara-negara maju (seperti AS dan Eropa) yang
banyak memakai bahan karet alami, namun memasuki tahun 2014 ini ada harapan
ekonomi negara-negara maju tersebut akan kembali mengalami kenaikan yang pada
gilirannya akan menaikkan permintaan terhadap bahan karet alami ini. Tabel
dibawah ini bisa menjelaskan naiknya produksi bahan karet alami baik karena
kenaikan produktifitas maupun karena kenaikan luas areal tanam.
Perkembangan Luas Areal, Produksi dan
Produktivitas
Tahun 2006 -2013
C.
Potensi Pasar
Karet (Hevea brasilliensis) Dunia
Jumlah konsumsi karet dunia meningkat dan lebih
tinggi dari produksi yang ada. Dengan begitu Indonesia akan mempunyai peluang
untuk menjadi produsen terbesar dunia dikarenakan Negara‐negara pesaing
utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit
mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan
komparatif dan kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan
industri karet.
Melihat dari kacamata kebutuhan akan produksi
karet‚ beberapa industri tertentu memiliki ketergantungan yang besar terhadap
pasokan karet alam‚ misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet
alam. Beberapa jenis ban seperti radial‚ walaupun dalam pembuatannya dicampur
dengan karet sintetis‚ tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar yaitu
dua kali komponen karet sintetis. Jadi kebutuhan akan karet alam sangatlah
besar.
Tetapi unsur persaingan industri karet alam menunjukkan intensitas persaingan yang dikategorikan tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa industri karet alam memiliki daya tarik industri dan potensi laba yang sangat besar. Daya tarik yang besar ini ditunjukkan oleh tingginya peningkatan pertumbuhan rata-rata industri.
Tetapi unsur persaingan industri karet alam menunjukkan intensitas persaingan yang dikategorikan tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa industri karet alam memiliki daya tarik industri dan potensi laba yang sangat besar. Daya tarik yang besar ini ditunjukkan oleh tingginya peningkatan pertumbuhan rata-rata industri.
Seiring dengan keinginan manusia menggunakan
barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan akan karet
saat ini akan terus berkembang dan meningkat sejalan dengan pertumbuhan
industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah
tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan akan
karet akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi
Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di
Indonesia ke negara‐negara lainnya.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan
permintaan akan bahan karet alami di negara‐negara industri
terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan
persediaan akan karet alami dan industri produksi karet merupakan langkah yang
bagus untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan
perkembangan perkebunan karet, industri hilir guna memberi nilai tambah dari
hasil industri hulu.
Jumlah konsumsi karet (Hevea brasilliensis) dunia meningkat dan lebih tinggi dari
produksi yang ada. Dengan begitu Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi
produsen terbesar dunia dikarenakan Negara‐negara pesaing
utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit
mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan
komparatif dan kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan
industri karet.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan karet alam
dari negara‐negara industri, ini mempengaruhi ekspor karet
Indonesia ke negara‐negara lainnya. Kebanyakan adalah Negara
produsen mobil. Peningkatan juga terjadi karena adanya pengalihan karet
sistetis akibat naiknya harga minyak dunia.
D.
Permasalahan
Pengembangan Karet di Indonesia dan Usaha Mengatasinya
· Permasalahan
Pengembangan Karet di Indonesia
1.
Rendahnya Produktifitas
Soal
produktifitas, tanaman karet Indonesia kalah dibandingkan dengan negara-negara
lain penghasil karet di dunia. Bahkan produktifitas karet alam Indonesia ada
dinomor buncit sebagaimana yang bisa dilihat di tabel di bawah ini.
Produktifitas
Karet Alam Beberapa Negara di Dunia
(Kg/Ha)
(Kg/Ha)
Produktifitas
karet India saat ini 1,8 ton per hektar dan Thailand 1,79 ton. Vietnam yang
baru saja mengembangkan produktifitas tanamana karetnya bisa mencapai 1,72 ton
per hektar. Sri Lanka 1,55 ton dan Cina 1,16 ton. Produktifitas tanamana karet
milik petani di Malaysia mencapai 1,5 ton, sedangkan Indonesia hanya bisa
mencapai 1,0 ton per hektar per tahun. Kondisi di Indonesia sangat ironis,
mengingat petani Indonesia saat ini menguasai 85% dari total luas lahan
perkebunan karet di Tanah Air. Rendahnya produktifitas tanaman karet Indonesia
akibat kurangnya perhatian pihak terkait dalam bidang penelitian dan pengembangan
(litbang) tanaman karet.
2.
Kurangnya Revitalisasi
Dari 3.456.128 hektar luas areal tanaman karet
di Indonesia, saat ini sekitar 400 ribu hektar tanaman karet kondisinya sudah
tua atau rusak yang tidak menggunakan klon unggul dan harus segera diremajakan,
sementara 592 ribu hektar merupakan tanaman yang belum menghasilkan. Sisanya
sebesar 2.464.128 hektar (71%) barulah merupakan tanaman yang menghasilkan.
3.
Kurangnya Penggunaan Benih Unggul
Staff
ahli Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Suharto Honggokusumo mengatakan penyebab
rendahnya produktifitas tanamana karet petani diantaranya karena menggunakan
bibit atau benih yang tidak unggul. Tercatat 40% benih yang digunakan petani
tidak masuk criteria unggul. Selain itu petani tidak menguasai tehnik dan tata
cara budidaya tanamana karet yang tepat dan baik. Apalagi dalam penguasaan
tehnologi penyadapan, kemampuan petani juga sangat minim. Indonesia harusnya
bisa meniru Thailand. Tingkat penggunaan benih unggul di Indonesia baru
mencapai 60%, sementara Thailand sudah 95% menggunakan klon unggul.
4.
Terpencar-pencar dan kecil-kecil.
Lokasi
perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil-kecil
dengan akses yang terbatas, sehingga biaya angkut menjadi tinggi dan kurang
efisien.
·
Usaha Mengatasinya
1.
Peningkatan Produktifitas
Salah
satu cara peningkatan produktifitas adalah dengan meningkatkan mutu hasil
tanaman karet alam yang dihasilkan oleh para petani. Sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa mutu bahan olah karet (BOKAR) yang berasal dari kebun rakyat masih belum
memenuhi SNI BOKAR. Terkait dengan upaya peningkatan mutu Bokar Menteri
Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No 38 tahun 2008
tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bokar.
Di
dalam Permentan ini diatur kebijakan pengolahan Bokar dimana untuk menjaga
keberlanjutan usaha tani, petani wajib melakukan proses penyadapan karet dengan
tehnik yang benar, tenaga penyadap yang terampil dan peralatan yang baik,
sesuai dengan baku tehnis yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh nilai Bokar
yang layak, petani wajib menghasilkan Bokar yang bermutu sesuai standard SNI
Bokar yang telah ditetapkan.
Upaya
perbaikan mutu Bokar tidak didekati melalui orang per orang (petani) melainkan
didekati dari semangat kebersamaan petani dalam suatu kelembagaan yang dibentuk
oleh petani/kelompok tani yakni Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)
sehingga lebih mudah dilakukan pembinaan. UPPB berfungsi memberikan pelayanan
tehnis pengolahan maupun pengembangan usaha pemasaran Bokar milik anggota
kelompok. UPPB dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam
proses pengolahan Bokar serta didampingi oleh seorang petugas teknis dan
administrasi yang terlatih.
2.
Program Revitalisasi
Peremajaan
karet tua dan tidak produktif terutama pada perkebunan rakyat dilakukan
pemerintah melalui peningkatan adopsi klon dari 40% pada tahun 2004 menjadi 55%
pada tahun 2012, yang terutama direalisasikan melalui gerakan peremajaan karet
rakyat.
Upaya
percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan
rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi dan subsidi
bunga oleh pemerintah melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai
mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil.
Ditjen
perkebunan telah melaksanakan program revitalisasi dan program non revitalisasi
karet rakyat. Program ini dibiayai dari APBN dan dana perbankan dengan subsidi
bunga dari dana APBN. Target program revitalisasi karet rakyat tahun 2011-2014
seluas 119.000 ha terdiri dari peremajaan seluas 74.600 ha dan perluasan 44.000
ha. Realisasi sampai April 2013 baru mencapai seluas 9.120 ha (7.65% dari
target) dengan petani 4.730 KK. Pada tahun 2014 direncanakan program peremajaan
seluas 8.910 Ha yang tersebar di 13 Propinsi dengan 42 Kabupaten.
3.
Penggunaan benih unggul.
Didalam
kebijakan pengembangan produktifitas karet perkebunan rakyat Indonesia,
pemerintah mendorong penggunaan klon unggul lateks dan kayu yang mempunyai
produktifitas lateks lebih dari 2.500 kg/ha/tahun, dan menghasilkan
produktifitas kayu karet lebih dari 300 m3/ha.
Selain
itu pekebun juga didorong untuk meningkatkan hasil kebunnya melalui pemupukan
dan peningkatan adopsi teknis budidaya karet terkini, antara lain periode
Tanaman Belum Menghasilkan (TMB) yang bisa lebih pendek dari 21-24 bulan.
4.
Memperluas Areal Tanam
Persoalan
dimana lokasi perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan yang
relatif kecil-kecil dengan akses yang terbatas, sehingga biaya angkut menjadi
tinggi dan kurang efisien, dapat diatasi dengan memperluas areal tanam para
petani pekebun rakyat Indonesia.
Saat
ini, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, total luas perkebunan karet di Indonesia
mencapai 3,45 juta ha, dimana sekitar 85% diantaranya dikuasai petani rakyat,
sedangkan 7,5% dikuasai oleh Perusahaan Perkebunan Milik Negara (BUMN) dan 7,5%
lainnya perusahaan swasta.
Menurut
Suharto, Indonesia harusnya bisa meniru Thailand dimana sejak 2006 sudah
berhasil membantu dan memfasilitasi petani karet sehingga produktifitas
meningkat. Dan bukan itu saja, petani rakyat juga diberi kemudahan untuk
mengakses atau memperluas lahan lebih luas. Sedikitnya 400 ribu ha lahan bisa
ditambah oleh petani karet Thailand sejak 2006, sementara petani Indonesia
masih kesulitan melakukannya.
E.
Posisi Karet
Indonesia di Dunia
Produksi Karet dunia dalam beberapa tahun
terakhir ini sedikit berfluktuasi, namun secara umum masih cenderung meningkat.
Produksi Karet dunia pada tahun 2002 sekitar 7,3 juta ton, meningkat terus
setiap tahun menjadi 10 juta ton pada tahun 2008 dan mengalami penurunan pada
tahun 2009 menjadi sebesar 9,6 juta ton.
Menurut penyebarannya ternyata produksi Karet
dunia tidak menyebar merata diberbagai kawasan dunia, produksi karet terbesar
berada di wilayah Asia. Thailand tercatat sebagai produsen terbesar
selama beberapa tahun terakhir ini. Produksi Karet di negara ini memang sedikit
mengalami fluktuasi, namun secara umum masih menunjukkan peningkatan dengan
laju pertumbuhan rata-rata sekitar 2,2% per tahun. Produksi Karet di negara ini
pada tahun 2002 masih sekitar 2,6 juta ton, kemudian pada tahun 2006 melonjak
hingga mencapai 3,1 juta ton, namun pada tahun 2009 hanya mencapai 3 juta ton.
Indonesia yang tercatat sebagai produsen Karet
terbesar kedua setelah Thailand, pada tahun 2002 mampu memproduksi sekitar 1,6
juta ton dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 2,8 juta ton kemudian
turun pada tahun 2009 menjadi 2,5 juta ton.
Sementara itu, negara di kawasan Asia lainnya
yang memiliki produksi Karet cukup tinggi adalah Malaysia dan Vietnam. Adapun
perkembangan produksi karet dunia secara singkat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel
Perkembangan Produksi Karet Dunia
Tahun 2002 – 2009(ribuan ton)
Perkembangan Produksi Karet Dunia
Tahun 2002 – 2009(ribuan ton)
Negara-negara
produsen Karet dunia dapat dilihat secara total prosentase pada tahun 2009
menunjukkan bahwa Thailand tercatat sebagai produsen terbesar (32,93%),
Indonesia sebagai produsen terbesar kedua (25,53%), secara lengkap dapat dilihat
dalam gambar dibawah ini.
Saat ini
Indonesia masih bisa berbangga karena tetap menjadi produsen karet alam
terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Produksi karet nasional pada tahun
2013 diprediksi mencapai 3 juta ton atau naik 3% dari tahun lalu. Tahun 2014,
produksi karet alam Indonesia ditargetkan mencapai 3,18 juta ton karet kering.
Tetapi
tren karet sedang mengalami perubahan dimana banyak negara, terutama di Asia
Tenggara yang kondisi iklim dan geografisnyanya mendukung mulai mengembangkan
perkebunan karet rakyat. Mereka menyadari tanaman karet bisa menjadi “obat”
bagi masalah kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.
Negara
yang sedang semangat mengembangkan perkebunan karetnya adalah Vietnam, Laos,
Myanmar dan Kamboja. Produksi karet alam Vietnam bahkan melejit menjadi
terbesar keempat di dunia dan mulai diperhitungkan.
Karena
negara-negara produsen karet alam kian banyak, produksi menjadi
meningkat. Dengan demikian usaha perkebunan karet kian dituntut kompetitif.
Tren persaingan harga akan bertambah ketat. Cara satu-satunya untuk bisa
mempertahankan diri menjadi raksasa karet dunia adalah dengan meningkatkan daya
saing.
Peningkatan
daya saing memerlukan usaha yang konkrit dan berkelanjutan di dalam empat hal
sebagaimana telah disebutkan diatas, yakni peningkatan produktifitas, program
revitalisasi, penggunaan bibit unggul dan perluasan lahan petani rakyat. Tanpa
usaha yang konkrit dan berkelanjutan dalam ke empat hal tersebut maka cepat
atau lambat, Indonesia akan tergeser dari posisinya sebagai raksasa komoditi
karet dunia.
Selain
meningkatkan daya saing agar mendapatkan pasar di negara-negara lain, untuk
meningkatkan harga karet bisa juga dengan cara memperluas pasar di dalam negeri
sendiri. Perluasan pasar di dalam negeri bisa dipicu melalui peningkatan value
added dengan hasil produk-produk akhir berbahan karet di Indonesia, seperti
produk-produk ban, alat kesehatan, dan temuan-temuan lainnya.
F.
Prospek dan
Peluang Pasar Komoditi Karet
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20
tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada
tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 2,0 juta ton pada tahun
2005. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006
mencapai US$ 2,0 milyar dan nilai ekspor karet pada tahun 2006 mencapai US $
4,2 milyar (Kompas, 2006).
Sejumlah lokasi
di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk per tanaman karet , sebagian besar berada di
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya 85 merupakan perkebunan
karet
milik rakyat dan hanya 7 perkebunan besar negara
serta 8 perkebunan
besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun
2005 mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan
melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan
karet
. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet
ini di masa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan
petani melalui perluasan tanaman karet
dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah
yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan
yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai
pembangunan kebun karet
dan pemeliharaan tanaman secara intensif. Pada bahasan ini disajikan prospek karet alam yang mencakup, (i)
perkembangan pasar komoditi karet alam dilihat dari
perkembangan pasar global, (ii) perkembangan industri karet
alam nasional, dan (iii) perkembangan industri karet internasional.
Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-
hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan
komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet
. Kebutuhan karet alam maupun karet
sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia.
Kebutuhan karet
sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan
baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet
alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai
komoditi perkebunan
. Secara fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh
permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan.
Untuk jumlah konsumsi karet dunia dalam
beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun 2009 konsumsi
karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta
ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan sebanyak
10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang
sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga karet di
pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap komoditas
tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat
seperti China, India dan Asia
Pasifik.
Menurut data untuk tahun 2011 produksi karet (Hevea brasilliensis) alam dunia
diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi
diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau
minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah
satunya dikarenakan terganggunya produksi karet dibeberapa negara seperti
Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir
di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet. Dengan adanya
asumsi tersebut, dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk memasok karet alam
hasil produk Indonesia ke luar negeri/ekspor dan tentunya dengan catatan untuk
produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9
juta ton. Diperkirakan untuk targetnya ekspor karet bisa naik hingga 10%.
Dengan adanya penyebaran lahan‐lahan penanaman
pohon karet hampir di seluruh propinsi yang ada di Indonesia saat ini,
diharapkan akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan karet alami dan pemenuhan
industri pengolahan hasil dari pengolahan pohon karet dan ini membuka peluang
kepada investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan karet. Karet (Hevea brasilliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet
Indonesia beberapa tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dengan
begitu pendapatan devisa dari komoditi ini menunjukan hasil yang bagus.
Sebagai salah satu komoditi industri, produksi
karet sangat tergantung pada teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam
sistem dan proses produksinya. Produk industri karet perlu disesuaikan dengan
kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Semuanya ini memerlukan dukungan
teknologi industri yang lengkap, yang mana diperoleh melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan. Indonesia dalam hal ini
telah memiliki lembaga penelitian karet yang menyediakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi di bidang perkaretan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karet merupakan
salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara
diluar minyak dan gas. Sekitar 90% produksi karet alam Indonesia diekspor ke
mancanegara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Hal
tersebut disebabkan karena masih belum berkembangnya industri-industri
pengolahan karet yang ada di dalam negeri.
Indonesia
merupakan negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen
utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Akan tetapi produksi karet Thailand
per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet Indonesia. Hal
ini disebabkan karena rendahnya produktivitas, terutama di perkebunan karet
rakyat yang menyumbang 71% dari total produksi karet nasional serta karet yang
dihasilkan dari perkebunan karet rakyat saat ini masih dijual dalam bentuk
gelondongan dengan mutu rendah karena industri pengolahan karet alam belum
berkembang. Adapun permasalahan pengembangan karet di Indonesia dikerenakan
rendahnya produktifitas, kurangnya revitalisasi, kurangnya penggunaan benih unggul, serta lokasi perkebunan rakyat
terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil-kecil. Untuk mengatasi
hal tersebut maka dilakukan beberapa usaha yakni dengan meningkatkan
produktifitas, melakukan program revitalisasi, penggunaan benih unggul dan
memperluas areal tanam.
Melihat ekspor
karet Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, maka dapat
diprediksikan bahwa kedepannya pengeksporan karet ke mancanegara akan lebih
meningkat dan tentunya dengan memperhatikan dan mengatasi kendala-kendala dalam
pengembangan usaha karet karena karet merupakan kebutuhan yang
vital bagi kehidupan manusia sehari- hari, hal ini terkait dengan mobilitas
manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet
seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
Karet merupakan komoditas unggulan yang
memiliki pasar cukup cerah di pasar internasional sehingga karet memiliki arti
yang penting sebagai sumber devisa, penyerap tenaga kerja, dan sebagai sumber
pendapatan petani.
B.
Saran
1.
Pemerintah
harus lebih memperhatikan usaha perkebunan karet seperti meningkatkan produktifitas dengan cara
mengembangkan industri pengolahan karet, menyediakan benih unggul, menjalankan
program revitalisasi serta memperluas area penanaman pohon karet agar mampu menyediakan
dan memenuhi kebutuhan dan permintaan
karet dunia sehingga berpeluang untuk menguasai pasar global dan mampu
menempatkan diri sebagai Negara produsen utama karet dunia serta meningkatkan
devisa Negara.
2.
Salah satu permasalahan pengembangan karet di
Indonesia yaitu Lokasi perkebunan rakyat terpencar-pencar dalam skala luasan
yang relatif kecil-kecil, harusnya pemerintah memperhatikan lebih dulu masalah
tersebut dengan memperluas area penanaman pohon karet (perkebunan karet) dan
dengan adanya perluasan perkebunan akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi
pengangguran hal ini sedikit mengatasi masalah makro ekonomi.
3.
Mengembangkan nilai tambah yang bisa diperoleh
dari produk karet sebagai inovasi untuk mengantisipasi kekurangan karet alam
yang akan terjadi dengan melalui pengembangan industry hilir dan pemanfaatan
kayu karet sebagai bahan baku industry kayu.
4.
Karena Indonesia masih kalah dalam penggunaan
tehknologi maka pemerintah harusnya meningkatkan tekhnologi dengan penggunaan
tekhnologi yang canggih pula agar produk yang dihasilkan berkualitas dan mampu
bersaing dengan Negara-negara pesaing seperti Thailand dan Malaysia.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar