DOSEN : SULKARNAIN, SE, M.Si
MAKALAH : EKONOMI MAKRO
“EFEKTIFITAS
KEBIJAKAN MONETER”
OLEH
KELOMPOK I
KELAS
B / SEMESTER III
Zaenal
halis 212210034
Kartini 212210037
Hardianto 212210066
Muh.
Rizal Nugraha 212210088
JURUSAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PAREPARE
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Ekonomi Makro “Efektifitas Kebijakan Moneter” dengan baik tanpa adanya
kendala apapun yang berarti.
Tugas makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah Ekonomi Makro. Tujuan
lain penyusunan tugas ini adalah supaya para pembacanya dapat memahami tentang kebijakan moneter. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Yang utama penulis mengucapakan
terimakasih kepada Bapak Sulkarnain, SE. M.Si , selaku dosen mata kuliah Ekonomi Makro.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah sempurna. Penulis mengucapkan
terimakasih.
Parepare, 17 November 2013
PENULIS
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A.
Definisi
Kebijakan Moneter...................................................................... 3
B.
Instrumen
Kebijakan Moneter................................................................... 3
C.
Fungsi
Kebijakan Moneter........................................................................ 6
D.
Jenis-Jenis
Kebijakan Moneter.................................................................. 6
E.
Peran
Kebijakan Moneter Mengendalikan Inflasi..................................... 7
F.
Tujuan
Kebijakan Moneter........................................................................ 8
G. Efektifitas Kebijakan Moneter.................................................................. 10
BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu yang dijadikan sebagai tolak ukur
atas kemajuan satu negara atau berkembangnya satu nengara adalah masalah
ekonomi. Jika ekonominya stabil, maka dapat dikatakan negara tersebut maju, dan
jika keadaan ekonomi satu negara terpuruk, maka negara tersebut pun belum dapat
dikatakan negara maju.
Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
telah dilakukan untuk mengendalikan keadaan perekonomian suatu negara, salah
satunya adalah kebijakan moneter. Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan
atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih
baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar.
Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk merangkum
dan menjelaskan tentang kebijakan moneter.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
- Apa definisi kebijakan moneter ?
- Apa instrumen kebijakan moneter ?
- Apa jenis-jenis kebijakan moneter ?
- Apa fungsi kebijakan moneter ?
- Bagaimana peran kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi ?
- Apa tujuan kebijakan moneter ?
- Bagaimana efektifitas kebijakan moneter ?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:
- Definisi kebijakan moneter.
- Instrumen kebijakan moneter.
- Jenis-jenis kebijakan moneter
- Fungsi kebijakan moneter.
- Peran kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi.
- Tujuan kebijakan moneter.
- Efektifitas kebijakan moneter
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kebijakan Moneter
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah
upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang
diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Usaha
tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan. Dengan kebijakan moneter ini,
pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar dalam uapaya mempertahankan kemampuan pertumbuhan ekonomi sekaligus
mengendalikan inflasi.
Jika yang dilakukan pemerintah adalah menembah
jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter
ekspansif (monetary expansive).
Sebaliknya jika pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah
menempuh kebijakan moneter kontraktif (menetary
contractive). Kebijakan moneter kontraktif ini juga disebut kebijakan uang
ketat (tight money policy).
B.
Instrumen
Kebijakan Moneter
Ada empat instrumen utama yang digunakan untuk
mengatur jumlah uang yang beredar, yaitu:
1.
Operasi Pasar Terbuka
(Open Market Operation)
Operasi pasar
terbuka adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan cara
menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah (Government Securities).
Jika pemerintah
ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah harus menjual
surat-surat berharga (Open Market Selling).
Dengan demikian, uang yang ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter,
sehingga jumlah uang yang beredar berkurang. Jika pemerintah ingin menambah
jumlah uang yang beredar, maka pemerintah harus membeli kembali surat-surat
berharga tersebut (Open Market Buying).
Untuk lebih mengefektifkan operasi pasar terbuka ini, Bank Indonesia telah
mengembangkan kedua instrumen tersebut dengan menambahkan fasilitas repurchase agreement (repo) ke
masing-masing instrumen sehingga saat ini dikenal SBI repo dan SBPU repo.
Di Indonesia
operasi pasar terbuka dilakukan dengan cara menjual atau membeli Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Jika pemerintah
ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menjual SBI dan atau
SBPU. Melalui penjual SBI atau SBPU uang yang berada di masyarakat ditarik,
sehingga jumlah uang yang beredar berkurang. Penjualan SBI atau SBPU biasanya
dilakukan bila jumlah uang yang beredar sudah dianggap mengganggu stabilitas
perekonomian.
Apabila
pemerintah melihat jumlah uang yang beredar perlu ditambah, agar perbankan
lebih mampu membrikan kredit yang akan mengacu pertumbuhan ekonomi, maka SBI
dan SBPU yang telah dijual dibeli kembali. Melalui pembelian itu pemerintah
mengeluarkan uanga sehingga menambah jumlah uang yang beredar.
2.
Fasilitas Diskonto
(Discount Rate)
Tingakat bunga
diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum
yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu bank-bank mengalami
kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam kepda bank sentral. Kebutuhan
ini, dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengurangi atau menambah jumlah
uang yang beredar.
Apabila
pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menurunkan
tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang
lebih murah, maka keinginan bank-bank unruk meminjam uang sari bank sentral
menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang yang beredar bertambah. Sebaliknya
apabila pemerintah ingin menahan laju pertambahan jumlah uang yang beredar,
maka pemerintah menaikkan bunga pinjaman. Hal ini akan mengurangi keinginan
bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral, sehingga pertambahan jumlah
uang yang beredar dapat ditekan.
.
3.
Rasio Cadangan Wajib (
Reserve Requirement Ratio ).
Penetapan ratio
cadangan wajib juga dapatb mengubah jumlah uang yang beredar, jika rasio
cadanagn wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih
kecil dibandingkan sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya
hanya 10%, maka untuk setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan
pinjaman sebesar 90% dari deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian,
angka multiplier uang dari sistem perbankan adalah 10.
Apabila rasio
cadangan wajib diperbesar menjadi 20%, maka untuk setiap unit deposito yang
diterima, sistem perbankan hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka
multiplikasi uang ari sistem perbankan menurun menjadi 5 dengan demikian jumlah
uang yang beredar di masyarakat akan berkurang. Sebaliknya yang terjadi apabila
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Sebab penurunan rasio tersebut akan
memperbesar angka multiplikasi uang yang berarti akan meningkatkan jumlah uang
yang beredar.
Untuk pertama
kalinya sejak Pakto 1988 Bank Indonesia menggunakan rasio cadangan wajib guna
mengerem pertumbuhan besar-besaran moneter yang masih tinggi, yaitu dengan
menetapkan rsio menjasi 3% pada Februari 1996 ( ketentuan sebelumnya menurut
Pakto 1988 adalh 2% ). Sejak April 1997 besarnya rasio cadangan wajib adalah
5%.
4.
Imbauan Moral (Moral
Parsuasion)
Dengan imbauan
moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang yang
beredar, misalnya, Gubernur Bank Indonesia dapat memberi saran agar perbankan
berhati-hati dalam memberikan kredit atai membatasi keinginannya meminjam uang
dari bank sentral (berhati-hati menggunakan fasilitas diskonto).
C.
Jenis-jenis
Kebijakan Moneter
Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
1.
Kebijakan
moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
2.
Kebijakan
Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
D.
Peran Kebijakan Moneter Mengendalikan Inflasi
Mengingat tugas spesifik yang diemban oleh Bank
Indonesia, Bank Indonesia tidak sepenuhnya dapat mengendalikan inflasi,
terutama tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran (cost push
inflation). Bank Indonesia, melalui kebijakan moneter, dapat mempengaruhi
inflasi dari sisi permintaan, seperti investasi dan konsumsi masyarakat.
Misalnya, kebijakan kenaikan suku bunga dapat menge-'rem' pengeluaran
masyarakat dan pemerintah sehingga dapat menurunkan permintaan secara
keseluruhan yang pada akhirnya dapat menurunkan inflasi. Selain itu, kenaikan
suku bunga ini dapat menguatkan nilai tukar melalui peningkatan (positive)
interest rate differential. Demikian juga, Bank Indonesia dapat
mempengaruhi ekspektasi masyarakat melalui kebijakan yang konsisten dan
kredibel. Harapannya adalah sasaran (target) inflasi Bank Indonesia diacu oleh
masyarakat dan pelaku ekonomi sehingga inflasi yang terjadi dapat sama atau
mendekati sasaran inflasi. Apabila kondisi ini terjadi, maka biaya pengendalian
moneter dapat diminimalkan.
Secara teori, kebijakan moneter dapat ditransmisikan melalui berbagai jalur
(channel), yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan, jalur neraca
perusahaan, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Dengan melewati
jalur-jalur tersebut, kebijakan moneter akan ditransmisikan dan berpengaruh ke
sektor finansial dan sektor riil setelah beberapa waktu lamanya (lag of
monetery policy). Selain
kebijakan moneter yang bersifat "langsung" seperti di atas, bank
sentral juga dapat mempengaruhi tujuan akhirnya secara "tidak
langsung", yaitu melalui berbagai regulasi dan himbauan (moral suassion)
kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Dalam melaksanakan pengendalian moneter Bank
Indonesia diberikan kewenangan dalam menggunakan instrumen moneter berupa
tetapi tidak terbatas pada (i) Operasi Pasar Terbuka (open market operation),
(ii) penetapan tingkat diskonto (discount rate), (iii) penetapan Giro
Wajib Minimum (minimum reserve requirement), dan (iv) pengaturan kredit
atau pembiayaan.
E.
Tujuan
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan
untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni
menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer
pada sektor riil.
Jadi kebijakan moneter dapat disimpulkan.,
upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat
terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah
satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro
wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Tujuan Kebijakan
Moneter :
1.
Menjaga Stabilitas
Ekonomi
Stabilitas ekonomi akan tercapai apabila
tercipta keadaan ekonomi yang stabil, untuk mewujudkan hal ini maka harus
terwujud arus perputaran barang dan arus perputaran uang yang berjalan secara
seimbang dan terkendali. Dengan demikian perlu adanya pengatyuran jumlah uang
yang beredar sesuai dengan kebutuhan oleh bank sentral.
2.
Menjaga Kestabilan
Harga
Jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat
mempengaruhi tingkat harga-harga yang berlaku. Dengan adanya pengaturan jumlah
uang yang beredar oleh bank sentral, maka tingkat harga dari waktu ke waktu
relatif akan terkendali. Jika keadaan harga stabil, masyarakat akan percaya
bahwa membeli barang sekarang akan sama dengan membeli barang pada masa yang
akan datang.
3.
Meningkatkan
Kesempatan Kerja
Stabilitas ekonomi yang baik akan mendorong
peningkatan jumlah investor untuk mengembangkan investasi-investasi baru, yang
akan membuka lapangan kerja baru sehingga terjadi peningkatan kesempatan kerja.
Stabilitas ekonomi tercapai apabila pengaturan jumlah uang yang beredar dapat
dikendalikan dengan baik oleh bank sentral.
4.
Memperbaiki Nereca
Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Melalui kebijakan moneter, pemerintah dapat
memperbaiki neraca perdagangan luar negeri menjadi surplus (ekspor lebih besar
daripada impor) atau minimal berimbang. Bentuk kebijakan moneter pada
permasalahan ini seperti pemerintah melakukan devaluasi (menurunkan nilai mata
uang dalam negeri terhadap mata uang asing). Dengan adanya devaluasi,
diharapkan nilai ekspor kita meningkat dan berpengaruh pada neraca perdagangan
dan neraca pembayaran ke arah yang lebih baik.
Kebijakan moneter berfungsi untuk memacu
pembangunan, yaitu melalui:
1) Mempengaruhi ongkos dan
pengadaan kredit
2) Pengendalian inflasi
3) Mempertahankan keseimbangan
neraca pembayaran
Masalah dalam
kebijakan moneter:
1)
Ketidak pastian dan jarak waktu.
2)
Pemerintah bisa saja memaksakan berkurangnya
uang beredar tetapi tidak bisa dengan mudah menaikkan jumlah uang beredar.
3)
Pergeseran kurva MEC dapat membuat kebijakan
moneter tidak efektif.
4)
Kebijakan moneter bisa merupakan bagian dari
kebijakan fiscal, karena tindakan fiscal bisa membawa efek moneter.
5)
Kebijakan moneter dapat dilaksanakan lebih
cepat daripada kebijakan fiscal, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk berpengaruh
terasa relative lebih lama.
F.
Efektifitas Kebijakan Moneter
Yang
dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah sejauh mana kebijakan
moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya), memberi dampak positif
bagi perekonomian dan masyarakat, dalam arti :
a.
Dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b.
Dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c.
Dapat
meningkatkan kesempatan kerja
d.
Dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara
e.
Serta
memberi pengaruh pada kebijakan makro lainny.
Teori
yang membicarakan mengenai efektifitas kebijakan moneter ini diantaranya adalah
:
1.
Teori
Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif
dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak akan efektif untuk
jangka panjang.
2.
Teori
Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak akan efektif.
Efektifitas
kebijakan moneter diukur dengan besarnya kenaikan pendapatan masyarakat. Makin
besar kenaikan pendapatan masyarakat berarti kebijakan moneter semakin efektif,
dan sebaliknya makin kecil pendapatan masyarakat berarti makin tidak efektif
kebijakan moneter.
Efektifitas
kebijakan moneter pada dasarnya ditentukan oleh dua hal, yaitu:
a. Elastisitas
pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga, artinya pengaruh perubahan tingkat
bunga terhadap tingkat investasi. Makin elastis pengeluaran investasi terhadap
tingkat bunga, maka kebijakan moneter makin efektif, sebab turunnya tingkat
bunga akan menambah investasi yang cukup besar. Sehingga hubungan antara
tingkat bunga dengan tingkat investasi dapat dikatakan berbanding terbalik,
maksudnya makin rendah tingkat bunga, akan semakin besar tingkat investasinya
dan makin tinggi tingkat bunga, akan semakin kecil tingkat investasinya.
b. Elastisitas
permintaan uang terhadap tingkat bunga, artinya pengaruh perubahan tingkat
bunga terhadap permintaan uang. Makin elastis permintaan uang terhadap tingkat
bunga, kebijakan moneter makin tidak efektif, dan sebaliknya makin tidak
elastis permintaan uang terhadap tingkat bunga, kebijakan moneter makin
efektif.
BAB III
KESIMPULAN
Kebijakan
moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke
kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang
beredar. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi
serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kebijakan
moneter ini, pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar dalam uapaya mempertahankan kemampuan pertumbuhan ekonomi
sekaligus mengendalikan inflasi.
Fungsi Kebijakan
Moneter:
1.
Menjaga stabilitas ekonomi.
2.
Menjaga kestabilan harga.
3.
Meningkatkan kesempatan kerja.
4.
Memperbaiki neraca dan neraca pembayaran.
Jadi kebijakan moneter dapat disimpulkan.,
upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat
terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah
satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro
wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar